Thank You For Checking Up On Me
Disclaimer :
Jika kamu sedang dalam kondisi mental yang tidak stabil, sebaiknya segera tutup laman ini, dan lekas reach out ke support system terpercaya milikmu. Semoga lekas membaik ya! 🤗❤️🤘
Jika kamu sedang dalam kondisi mental yang tidak stabil, sebaiknya segera tutup laman ini, dan lekas reach out ke support system terpercaya milikmu. Semoga lekas membaik ya! 🤗❤️🤘
---
Minggu lalu gelombang berbagai macam kabar buruk tak hentinya mendera keseharian kita. Lonjakan kasus covid-19 yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, beberapa teman dan sahabat yang positif covid-19 dan sedang melaksanakan isoman (mereka adalah orang-orang yang patuh pada prokes, dan gue tahu persis mereka orang yang seperti apa), sampai mengetahui kondisi household yang sedang dijalani oleh adik perempuan gue cukup bikin deg-degan.
Belum lagi kabar terbaru dari calon pemberi kerja di Finlandia yang masih belum bisa memberikan keputusan kapan gue akan berangkat dan kerja di sana. Lalu sebuah tawaran pekerjaan lainnya, di Negara berbeda, memutuskan untuk tidak memberangkatkan gue, selain karena kondisi covid-19 ada beberapa alasan yang kurang masuk di akal gue.
Semuanya datang membabi-buta, kasih jeda buat nafas sebentar sih supaya bisa memproses semua informasi yang disampaikan, tapi akhirnya pertahanan gue runtuh juga.
Mematikan HP = Mematikan Media Sosial
Biasanya cara ini ampuh buat sekadar kembali menguatkan pijakan, tapi beberapa hari lalu itu goyah juga. Salah satu hal yang susah untuk gue lakukan adalah TIDAK MENGECEK MEDIA SOSIAL SAMA SEKALI, karena ya ini bagian terpenting di pekerjaan dan profesi gue sekarang. Pedang bermata dua, bukan? Amsyong memang, tapi ya sudah menjadi bagian dari risiko dan konsekuensi.
Gue nggak kuat dengan derasnya arus informasi yang datang ke gue melalui layar HP yang gue pegang. Walau sudah dipilah-pilah sedemikian rupa, tetap saja ada yang kebablasan.
Berusaha memegang kendali atas apa yang tengah menyerbu sekuat mungkin, akhirnya nggak kuat juga. Hasilnya menangis berhari-hari, berusaha tidur tapi nggak bisa tidur. You know... Tidur ayam-ayam gitu loh... Is that make sense? Kayak elo merem bentar, kebangun, resah, terus coba merem lagi, terus kebangun lagi. Begitu terus sampai tahu-tahu, LAH AYAM UDAH BERKOKOK AJE!!! FUCK!!! SUCH A WASTE OF PRECIOUS TIMES!!!
Hal Bodoh Dan Berbagai Macam Alasannya
Setelah menulis di jurnal sebanyak 10 lembar halaman, 2 lembar di antaranya hanya ada kalimat : "I should kill myself." gue lantas melakukan hal bodoh. Enam bulan terakhir hidup di Ubud tanpa obat penenang apapun, kapan hari itu akhirnya ditenggak juga (beberapa butir) lengkap dengan 2 botol minuman beralkohol.
Believe it or not, saat gue melakukan ini, gue masih kepikiran :
"Anjir, masih ada deadline editorial plan!"
"Shit, udah janji mau presentasi deck wiken depan lagi..."
"Sisa hutang gue gimana ya?"
"Bangsat, nggak jadi ketemu sama pacar LDR gue dong akhir tahun nanti?!"
"Shit, udah janji mau presentasi deck wiken depan lagi..."
"Sisa hutang gue gimana ya?"
"Bangsat, nggak jadi ketemu sama pacar LDR gue dong akhir tahun nanti?!"
Dan tentu saja, suara yang menjustifikasi supaya gue tetap nekat melakukan hal bodoh tersebut jauh lebih kuat. Kira-kira doi ngomongnya begini...
"UDEH, HIDUP TUH RIBET, LO CABS AJE, INI SATU-SATUNYA JALAN BIAR GAK RIBET LAGI! BURUAN COY!"
Satset batbet, kejadian dong ya... Pagi harinya, pas buka mata gue otomatis merutuk...
"LAH, MASIH IDUP NIH?! ANJENG!!!"
Kesal. Marah. Kecewa. Tapi juga lega.
Oh ya ternyata memang belum waktunya.
Oh ya ternyata memang belum waktunya.
Ini persis sama kejadiannya saat gue hampir mati sebanyak 3x. 2x karena kebodohan sendiri dan melibatkan kecelakaan roda empat dan roda dua parah, 1x karena selama 72 jam bekerja, gue cuma tidur selama 3 jam. Hello, syaraf kejepit dan GERD akut, apa kabar?
Bukan Attention Seeker, Apalagi Quitter
Gue meminta maaf atas postingan foto dengan secuplik tulisan tangan gue di jurnal di beberapa media sosial, membuat yang membaca resah, gundah gulana kelimpungan bukan main (dan melaporkan postingan gue ke Twitter, whoever you are, thank you! Such a hard slap on my face!) Berusaha reach out gue via text, telepon, video call dan segala macam cara. Maaf dan terima kasih 🙏
Kalau kata Rusnani Anwar :
"Cause you're not ABG labil baru kenal lagu Emo dan dikit2 ngancem bunuh diri."
Kemarin itu sebenar-benarnya pertahanan diri gue yang ambrol dan pijakan kaki yang runtuh.
Ketidaksiapan mental gue saat membaca, melihat dan mendengar berbagai macam kabar buruk lah, yang menjadi pemicu utama hal tersebut. Dan gue tidak akan membanding-bandingkan diri, situasi, dan kondisi gue dengan orang lain. Everyone has their own struggles, and sickness. I acknowledge, validate and understand that. And FFS, I'm still alive, still tired and exhausted, but goddamnit, let's do this again, for one more time. It is what it is.
Pengingat Yang Manis Maupun Getir
Maaf sudah merepotkan serta membuat kalian khawatir, dan terima kasih sudah checking up on me (you guys know who you are, sini 🤗❤️) tahun kemarin dan tahun ini adalah tahun yang berat untuk kita semua, ya? Kek tokai ledig kali lah! Nggak ngerti la mesti kek mana lagi ni kita! Tapi apa lah itu, biar makin apa la ya!
Semua yang sudah mengingatkan, baik dalam gaya yang manis, pahit, sampai getir, terima kasih banyak 🤗❤️ percayalah, gue bisa keluar dari kamar hari ini berkat kalian.
Andai menjadi manusia dewasa seutuhnya datang bersama dengan guide book maupun juklak (fucking hell, do you guys even know this shit?! 😂) mungkin paling enggak kita bisa belajar menghadapi ketidakpastian ini dengan sedikit mendongak. Bukan karena pongah, maupun sombong, tapi dengan harapan yang terang dan kuatnya kayak kamehame-nya Sun Goku di Dragon Ball.
Comments
Post a Comment