Belajar Dan Berlatih Sepanjang Hidup
Bulan kedua tinggal di Ubud, dua teman terdekat selama hidup merantau di sini bilang :
"Bali, khususnya Ubud, punya caranya sendiri untuk menyambut atau bahkan mengusir para perantau seperti kita ini. Kalau disambut, semua jalan dibuka, dimudahkan. Kalau diusir, ada yang perlahan namun pasti, ada juga yang langsung dikasih yang memang sempat tertunda sekian lama. Karma sih biasanya."
Bulan kelima tinggal di Ubud, seorang kenalan yang bisa langsung ngobrol tentang banyak hal mengingatkan :
"Be very careful with what you wish for, secara segala hal yang ada di sini tuh bisa dinego lah bahasanya. Amit-amit jangan sampai kamu nyumpahin hal jelek ke orang ya, karmanya dibayar di muka banget soalnya."
Doa-doa Yang Dijawab, Maupun Yang Sedang Dalam Perjalanan
Sebagai seorang Muslim yang nggak taat-taat banget, namun tetap berusaha beribadah sebaik mungkin, tiga bulan terakhir, setiap kali berdoa bertambah pula yang gue ucapkan di bagian pembukanya, seperti...
"Ya Allah, Bapak Ganes (as in Ganesha), serta Sang Hyang Widhi..."
Nggak tahu kenapa dan apa penyebabnya gue menambahkan pembuka seperti itu. Tapi di gue rasanya jauh lebih ajeg, nyaman dan hangat. Buat apapun yang ada di atas langit, intangible namun punya kekuatan maha dahsyat, pastilah bukan sebuah hal yang picik, serta menaikkan sebelah alisnya kalau dipanggil demikian.
Satu per satu doa-doa gue dijawab, direalisasi, dikabulkan, diijabah. Ada juga doa-doa yang masih dalam perjalanan, baik lewat jalur darat, laut dan udara. Terdengar bodoh dan mengada-ada ya? Iya. Tapi sebagai salah satu manusia dari sekian milyar manusia di muka bumi ini, gue merasa beruntung. Keberuntungan itu datang melalui berbagai macam medium, yang wujudnya manusia, sampai yang mampir melipir lewat mimpi di tengah malam.
Kalau lagi lupa bersyukur dan malas untuk rehat sejenak, ya kepala balik migraine, badan kaku dan bawaannya mau mengurung diri di kamar terus-terusan. Malas ngeliat orang, begitu biasa gue menyebutnya. Tapi ya sudah, menghakimi diri sendiri itu cukup di ruang tertutup, pas balik ke dunia luar, sebisa mungkin sudah punya pegangan lagi. Mantra yang paling bekerja dengan baik di gue adalah :
"Mumpung masih dikasih hidup, belajar dan berlatih lagi aja jadi manusia seutuhnya, doa jangan lupa, mau susahnya kayak gimana juga, ini pasti kelar."
Walau hari yang dijalani masih terasa berat, tapi paling enggak, gue masih punya rumah untuk pulang, dan kalau lagi beruntung, bisa main ke sawah sebentar sambil lihat sunset.
Bosan Belajar Dan Berlatih
Kayaknya seluruh manusia di muka bumi ini nggak kekurangan pelajaran serta latihan -baik fisik maupun mental- sejak tahun lalu sampai hari ini kan ya? Belajar dan berlatih sabar di tengah ketidakpastian itu sungguhlah bukan hal yang mudah. Tapi ya terpaksa kita lakukan juga pada akhirnya, karena segala macam opsi sedang nggak tersedia, atau bahkan malah nggak ada sama sekali.
Gue sudah bosan untuk mempelajari dan melatih hal ini. Demi dinginnya Kelabangmoding di malam hari, dan gonggongan anjing tetangga di tengah malam yang terasa mengganggu sekaligus bikin overthinking, gue bosan banget. Tapi nggak ada pilihan lain, pil pahit yang nggak bisa ditolak, demi kesehatan jiwa dan raga.
Doa, ikhtiar serta berusaha untuk tetap sabar, saat ini mungkin bisa gue bilang sebagai fondasi terkuat yang gue miliki, supaya tetap bisa mengarungi perjalanan panjang ketidakpastian yang sedang kita semua hadapi ini. Yes we cannot afford another uncertainty during this hard and harsh uncertain times, but then again, aren't we all supposed to just keep moving forward with whatever we have now in our hands?
Ubud, 24th May 2021
"Shape of My Heart" - Sting
Comments
Post a Comment