34 And New Fears

 
sunset-pexels-mpokgaga

I woke up this morning with a hangover and someone was hugging me from the back, spooning position. Hal pertama yang muncul di kepala gue adalah : "Shit, I'm 34 already. What am I supposed to do then?"

Setelah semangkuk Indomie Kari Ayam dengan banyak sekali taburan Bon Cabe selesai disantap untuk menghilangkan pengar, tidak melakukan apa-apa di sisa hari, rasanya akan sangat nikmat sekali. I just wanna lay down in my bed, and staring at the rice field from time to time, while I'm counting my blessings and recite some verses from Al Qur'an.


Rumour Has It...

Makin tua seharusnya makin dewasa. Makin tua seharusnya makin bijak. Makin tua seharusnya makin kaya raya. Makin tua seharusnya makin pintar dalam mengolah segala hal yang sedang dan akan terjadi di perputaran hari di hidup kita.

For me those are just rumours. To some extent it could be, the rest of it, maybe not *shrugs* as for me, all I can say about me getting 34 y.o today means new fears, concerns, inevitable loneliness that I need to embrace from time to time. Better not deny it or even avoid it, cause it'll jeopardize myself.


Mempertanyakan Soal Perkara Hidup Ke Yang Lebih Tua

Beberapa kali di beberapa kesempatan sebelum hari ini, gue menanyakan hal yang sama, ke beberapa orang yang berbeda. Tentu, usia mereka jauh lebih tua daripada gue. Ada yang terpaut sepuluh tahun, dan bahkan lima belas tahun. Laki-laki dan Perempuan, dan juga yang tak ingin masuk ke dalam kedua kategori gender tersebut.

"Any advise how to survive 34? Since you're older and much wiser than me, I could use some tips."

Ada yang menjawabnya dengan serius, serta memberikan semacam guideline, ada juga yang menjawabnya dengan :

"Just be who you are, you're kickin' ass already. You got this."

Padahal gue berharap ada yang menjawab :

"Belajar jadi Monas yuk! Karena Monas diam saja, nggak butuh evolving, karena evolving itu melelahkan dan menguras banyak sekali energi, waktu serta biaya. Alias, berubah menjadi benda mati namun memiliki value yang tinggi."

HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA... Lantas gue teringat salah satu joke tergaring yang gue bikin sendiri, ketika bertemu orang yang pendiam sekali, lantas meledek mereka dengan :

"DIEM AJE LU KEK MONAS!"


Growing Up

Menjadi orang dewasa itu sulit. Orang dewasa kerap kali harus mengontrol ekspektasi, melakukan kompromi-kompromi yang mind-blowing, serta mental breakdown yang sembuhnya semakin butuh waktu yang lama. Orang dewasa kerap kali diminta serta dipaksa untuk menelan pil pahit yang jumlahnya lebih dari lima dalam satu waktu. Orang dewasa kerap kali menabrakkan hatinya dengan konstruksi-konstruksi sosial yang nggak bakalan hilang, kecuali peradaban yang angkat kaki duluan.

Menjadi orang dewasa sama artinya dengan, berpikir ratusan kali untuk bisa sekadar kembali mencicipi hangat dan indahnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Menjadi orang dewasa sama artinya dengan, ditatap dengan tulus oleh orang lain, justru malah mencari-cari celah apakah orang tersebut punya hidden agenda atau nggak.

Menjadi orang dewasa sama artinya dengan, memainkan prasangka dengan notasi yang tepat agar terdengar subtle dan penuh kesopan-santunan. Menjadi orang dewasa sama artinya dengan, setelah memiliki harta berlimpah, namun tergeletak di atas ranjang dengan beberapa bantal dan guling tambahan agar tak merasa kesepian saat waktu tidur tiba.

Menjadi orang dewasa yang single sama artinya dengan, dari waktu ke waktu merasa sudah content, namun tetap tak dapat mengelakkan kesepian yang ujug-ujug memeluk dari belakang dan membisikkan sesuatu seperti : "How's it going there? Nobody ask how was your day when you're home. But no worries, you got your porns, sex toys, and social media accounts to rant out."


Penyesalan Dan Doraemon

Tumbuh besar dengan menonton kartun Doraemon di RCTI serta membaca ratusan koleksi komiknya, selalu membuat kesal karena Doraemon itu nggak ada. Padahal dulu waktu bekerja di Jepang, diam-diam berharap, salah satu perusahaan teknologi di sana beneran sedang membuat robot Doraemon yang bisa dengan mudahnya membantu kita keluar dari berbagai macam kesulitan dalam menghadapi hidup.

Gue masih memiliki beberapa penyesalan yang bermuara ke : "KALAU SAJA..." kebanyakan penyesalan tersebut ada di era umur dua puluhan, dimana keputusan-keputusan paling bodoh gue buat ada di era tersebut. Lantas, tentu saja kembali ke Doraemon, bisa pinjam mesin waktunya, dan pergi ke momen-momen tertentu lalu memperbaiki segala kesalahan yang gue buat.

Misalnya, tidak lekas berdamai dengan Ibu saat kami masih sering bertengkar karena dosa masa lalu. Atau tidak sering-sering bilang kalau gue cinta berat sama almarhum Ayah dan kedua adik-adik gue. Atau menemani almarhum Bapak saat beliau sedang memperjuangkan hidupnya di pembaringan. Atau lekas memaafkan bekas suami supaya gue nggak berlarut-larut dalam mengobati semua luka yang pernah saling kami berikan terhadap satu sama lain.


34 Dan Ketakutan-ketakutan Baru

Terima kasih atas doa-doa yang kalian semua kirimkan sejak semalam sampai sore ini, baik dalam bentuk postingan tweet, facebook, instagram story, whatsapp text, telegram text, voice notes dan bahkan email. Terima kasih telah paling tidak, meminta Tuhan dan semesta untuk menjaga gue dari kejauhan. Andai kita bisa bertemu, gue kepengin peluk kalian semua satu per satu, supaya energi kita bisa saling mengisi dan melengkapi.

Tiga puluh empat dengan berbagai macam ketakutan-ketakutan yang baru, yang gue yakin, datangnya juga dengan pelajaran hidup yang baru, pasti akan menyenangkan, menegangkan sekaligus menantang, dan akan membawa gue ke level yang baru.

Terima kasih, tetap jaga kesehatan, karena gelombang kedua sedang dimulai.


---

Growing up
What are we supposed to see, to feel, to meet?
Growing up
What are we supposed to miss, to keep, to leave?

When it hurts, it hurts me
Still hurts everytime
One leaves, one ceases

Growing up
How are we supposed to give, to take, collate?
Growing up
How are we supposed to love, to breathe, to be?

---

Ubud, 28th March 2021
"Growing Up" - Rara Sekar

Comments

Popular Posts