Semalam gue melewati malam terakhir di tahun 2020 dengan tidur yang nggak terlalu nyenyak. Lalu tadi sudah terbangun sejak jam 3.30 pagi, lanjut tidur dan bangun kembali di jam 6 pagi. Resah, excited, nggak sabar, semuanya campur aduk, sampai akhirnya diminta menemani Ibu beli kue subuh dengan naik angkot. Kami menghabiskan pagi kami bersama, it was fun... It's been a while we didn't have that kinda quality time together tho.
Menerka-nerka akan pergi ke mana
Sejak tiga minggu lalu gue selalu menerima pertanyaan yang sama : "Mau pergi ke mana?" atau "Pindah ke mana?" atau "Kapan berangkat?" atau (dan ini yang paling membuat kedua alis terangkat heboh macam wimcycle) "Ikut laki yang mana? Orang Amerika Selatan itu ya?" do I look like I can't afford my own green card atau gimana nih? Hahahahaha...
Anyway... the answer is always : "Ke tempat yang menyenangkan." dan "Enggak, sendirian." Keputusan ini gue pikir, pertimbangkan dan buat sendiri. Tanpa ada unsur bujuk rayu, jumlah uang yang akan dihasilkan, apalagi paksaan, so it's all on me. Jadi kalau gue kenapa-kenapa pun, gue hanya akan menyalahkan diri gue sendiri, bertanggung jawab sendiri, tanpa perlu buang waktu pointing out the blame to everyone else.
New Year, New Beginning
Klise ya? Tahun baru, hari yang baru, semangat yang baru serta awal yang baru. Kelihatannya sudah pasti semacam resolusi yang di pertengahan tahun sebelumnya ditulis di secarik kertas, atau di jurnal harian dengan bullet points, lalu di-highlight dengan tinta berwarna beda, agar kelihatan stand out. Padahal nggak begitu juga, nggak selalu begitu.
Perubahan rencana, skala prioritas (mentally & financially), bermuara ke satu keputusan besar ini. Keluar dari Jakarta setelah sepuluh tahun lamanya, dan bersiap mengarungi perjalanan yang baru, di kota yang baru. Tujuan akhirnya? Tentu saja ke sebuah Negara nun jauh di sana, saat nanti perbatasan antar Negara sudah dibuka.
Esensi Kehidupan Adalah Perjalanan
Gue yang sejak remaja sudah terbiasa besar dan hidup di jalanan, melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lainnya, dan bahkan antar Negara, kembali lagi melakukan ini lumayan bikin nyali ciut. Bahkan tadi saat makan malam bersama Ibu, beliau nyeletuk : "Dulu bukannya ada tawaran bekerja di San Francisco? Kenapa nggak diambil ya itu?" lalu jawaban gue : "Ibu yang nggak mengizinkan, masa lupa? Dua kali nggak mengizinkan lebih tepatnya." lantas kami tertawa terbahak-bahak mengingat momen itu. Orang tua dengan ketakutannya, anak muda dengan ambisinya.
Sepuluh tahun lamanya menetap, sudah waktunya untuk kembali beranjak. Karena buat gue esensi dari kehidupan itu sendiri adalah sebuah perjalanan, namun tidak terbatas soal fisik saja, namun juga mental. Dan rasanya sepuluh tahun adalah waktu yang cukup untuk kembali belajar banyak hal baru di luar sana, di luar zona nyaman yang kian mencengkram.
Demi Finlandia yang punya wacana pengurangan jam kerja menjadi 6 jam sehari, 4 hari seminggu, gue takut banget terjebak di zona nyaman yang menyesatkan. Karena (lagi-lagi menurut gue) pada hakikatnya, manusia sebaiknya bisa berkembang menjadi lebih baik dari apa yang sudah dialami dan dimiliki sekarang ini.
Dan demi Islandia yang punya banyak band keren, salah satunya Vök, gue kepingin perjalanan gue kali ini bisa mempertemukan gue dengan the final safe harbor yang gue tunggu-tunggu selama ini. Nggak tahu di mana, entah kapan, pokoknya dijalani dulu saja, Tuhan yang maha mengetahui pasti nanti kasih tahu arahnya ke mana dan harus apa.
South Jakarta, 1st January 2021
Mpok.. Saya mbok diajak kerja juga.. Pengen cari visi baru di tahun 2021 ini. Saya butuh kerjaan mpok.. Apapun itu.. Terima kasih...🙏🙏
ReplyDeleteHalo, terima kasih sudah komen! Saya bingung jawabnya nih :") karena sejak akhir Desember lalu, saya sudah tidak bekerja untuk perusahaan apapun, semua pekerjaan saya sekarang hanya pekerjaan lepas, kolaborasi dengan beberapa brand dan juga personal project. Mungkin bisa join ke beberapa FB Group atau LinkedIn Group yang khusus membahas soal pekerjaan dan visi-misi ya. Good luck!
Delete