Tentang Intelek Atau Nggak Intelek


Kemarin jagat raya Facebook riuh sekali, urusan invoice yang belum cair saja rasanya kalah riuh sama satu postingan di grup ahensi. Dibuka dengan kalimat "Buat para intelek kreatif disini, coba inputnya." Saya yang lagi sibuk banget (alasan klise anak ahensi) sama deadline, nggak sempat memantau dari awal, pas dapat pencerahan dari teman-teman di Twitter, langsung menuju ke TKP. Isi kolom komentar di postingan tsb sudah ramai macam PD Pasar Jaya di pagi hari, ada yang berdagang, ada yang sibuk ngobrol sendiri, ada yang dengan baik hati mencoba membantu, dan ada yang memang hanya ingin memperkeruh suasana. Iya, seperti biasanya kok. Tapi kenapa bisa riuh? Yah.. mungkin karena dari pembukaan kalimat yang punya postingan kali ya. 

Setelah melewati sekian banyak komentar, akhirnya mimin dan momod memutuskan untuk shut down postingan tsb, dihilangkan dari timeline. Oke lah ya, saya pikir sudah saatnya kita semua move on, ganti pembahasan lain yang lebih seru, anak kreatif mah apapun pasti bisa jadi seru sik.. Sampai akhirnya saya memutuskan posting lowongan yang saya butuhkan untuk team saya. Ndilalah masih ada saja yang komentarnya mengaitkan postingan "si orang intelek" ini. Sebel? Iya banget. Lah ini kan spot saya, harusnya spotlight-nya ke saya dong, masa ke orang itu terus? Hih. 

Penasaran, karena belum bisa mikirin kerjaan, iseng buka KBBI dan cari arti kata Intelek. Daya atau proses pemikiran yang lebih tinggi yang berkenaan dengan pengetahuan; daya akal budi; kecerdasan berpikir, terpelajar; cendikia. Terus saya ngaca.. oh iya, dari penjelasan tsb, status kepemilikan saya akan hal-hal tsb belum sampai level yang tinggi. Masih suka ngeledek orang lain yang menurut saya nggak lebih pintar dari saya, atau sering kali salah paham dengan pemikiran orang lain yang bertentangan dengan saya, atau.. saya masih suka standar ganda. 

Wah, kalau Ibu saya tahu, pasti beliau bakalan marah banget sama saya nih! Gimana lah rasanya kalau beliau tahu, sewaktu saya masih sekolah nilai pelajaran PMP dan PPKn saya selalu 8 dan 9, nyatanya saya masih banyak kekurangan di sisi moral sebagai manusia? Ah, saya jadi kangen Ibu. Ibu saya yang sering kali menyebutkan banyak kekurangan anak-anak atau bahkan orang-orang di sekelilingnya hanya di dalam kepala beliau. Setengah mati menahan diri supaya nggak sampai mengucapkan hal-hal buruk di hadapan orang banyak atau keluarganya. 

Buat Ibu, intelek itu bagaimana Ibu dan anak-anaknya memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang beliau inginkan. Tanpa ada batasan umur, jabatan, finansial, RAS, dsb. Buat Ibu yang nggak intelek itu, ketika orang lain punya salah nggak pakai lama ramai-ramai dikeroyok, baik pakai bogem mentah ataupun lewat tekanan mental.

Aduh Ibu.. maafin saya ya..

Galaktika, August 25th 2016
"Natives" - Blink 182

Comments

Popular Posts