We Were (Once) Like Her/Him

when i was young blink 182
("When I Was Young"-Blink 182)

Mana yang lebih dulu, soal perseteruan Kimye VS Taylor Swift dengan vlog-nya Awkarin? Saking cepatnya perputaran waktu di semua platform sosial media milik saya, jadinya malah nggak ketahuan, dan nggak terlalu memerhatikan banget. Karena saya, beberapa hari terakhir, terseret arus timeline yang dipenuhi berita tentang mereka. #JuliNgeblog kali ini sepenuhnya bukan tentang mereka, well.. campuran antara salah satu lagu kesukaan saya di album "Dogs Eating Dogs"-nya Blink 182 dan cerita tentang mereka. 

Coba pejamkan mata kamu sebentar, bawa diri kamu ke masa kamu berumur 17-19 tahun. Sudah? oke. Berikan saya satu kalimat yang menggambarkan diri kamu pada saat itu. Giliran saya sekarang, I WAS A MESS. Ya, saya sangat-sangat berantakan sewaktu umur 17-19 tahun. Setelah memutuskan keluar dari rumah semenjak umur 13 tahun, lalu berusaha tetap sekolah dengan uang penghasilan sendiri, mulai dari jaga warnet, jaga studio musik, nyablon kaos sampai ngamen di jalur 6 Blok M dan beberapa terminal bis lainnya, hidup saya mulai teratur sewaktu menginjak umur 20/21 tahun. Saya ngapain saja waktu itu selain beberapa kegiatan yang tadi saya sebutkan di atas? Sibuk memutuskan, mana yang lebih baik, beli kaset terbarunya NOFX di Aldiron, atau makan enak di rumah makan padang Sederhana? Itu keputusan tersulit saya di waktu itu. Walau pada akhirnya saya pilih beli kaset terbaru NOFX dan Minor Threat. No regrets at all. 

Apa hubungannya sama Awkarin atau Kimye? Atau bahkan kamu yang menyempatkan diri membaca blog saya ini? Ada. Kita semua pernah sulit mengambil keputusan di dalam hidup kita, apapun itu. Pernah salah ambil keputusan, dan membuat kesalahan. Susah memang saling menyeimbangkan antara apa yang ada di kepala, dan di hati. Pasti selalu bentrok. Kompromi buat kepala dan hati itu memakan banyak waktu, energi dan uang. Dan buat saya, patah hati itu sudah pasti akan menghabiskan banyak uang saya, karena saya perlu menghibur diri saya sendiri dengan compulsive shopping. Apa saja saya beli, selama itu membuat saya nggak kembali mengingat momen putus sama pacar dan kembali merasakan sakit hatinya. 

Seperti yang disampaikan beberapa teman baik saya di Twitter, salah satunya Elwa, kalau kita semua pernah menjadi Awkarin atau bahkan Taylor Swift. Betapa dashyatnya patah hati membuat kita bertindak bodoh, berlebihan dan melewati batas normal. Menjadi gila, meraung-raung, membakar habis buku diary, foto-foto bersama mantan pacar, atau bahkan semua hadiah yang pernah diberikannya. Atau bisa juga nggak peduli, baru putus beberapa minggu, sudah bisa pacaran lagi dengan orang yang baru. As simple as that. Perbedaannya, kita tidak lagi hidup di era yang sama, di mana dulu, kita sangat takut orang lain tahu tentang "aib-aib" kita, nggak mau teman-teman tahu kita punya daftar mantan yang panjangnya mengalahkan RPUL atau bukunya Iwan Gayo. Semua statement, tindak-tanduk, perilaku kita (yang sekarang ini) terekam dan tidak akan pernah mati. Seperti yang The Upstairs bilang di lagunya. Nggak perlu Pokemon Go untuk merangkum semua data tsb, karena apa? KARENA GOOGLE ADALAH TUHAN. Nggak percaya? Kamu mau bilang ini konspirasi Yahudi? Coba googling namamu sendiri, lalu lihat hasilnya. 

Beberapa situs berita yang target audience-nya remaja, first jobber dan young professional, menulis artikel tentang Awkarin atau Kimye VS Taylor Swift, biasalah ya, bad news is a good news buat meningkatkan traffic, following the trends before the trends vapours. Kebanyakan dari artikel tsb menghakimi mereka, berusaha memberikan penekanan bahwa mereka bukanlah role model yang baik untuk generasi jaman sekarang. Ini bukan berarti saya nggak menghakimi, saya menghakimi banget caranya Taylor Swift bikin lagu bagus dengan nge-date dengan kebanyakan cowok favorit saya seperti John Mayer atau Calvin Harris. Damn, girl... you gotta be good at it! But I'm no saint at all, I was in their boat once. Or twice. Or maybe even more. I made a mess, even today. But that's okay, life must go on. Seperti halnya billing yang perlu dibayar oleh Awkarin atau Taylor Swift. 

Buat saya yang gila adalah bagaimana saya melihat generasi jaman sekarang itu mentalnya kurang militan. Mungkin ini nggak berlaku untuk die hard fans-nya Agnez Mo, G-Dragon atau Amrazing, tolong dicatat. Masih ingat dengan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh dua orang remaja, karena cemburu? Atau anak SD yang manjat menara sutet karena cintanya ditolak? Atau anak yang membunuh orang tuanya karena nggak dibeliin Blackberry? Ini buat saya jauh lebih gila daripada persoalan Awkarin atau Taylor Swift. Jaman saya dulu, kalau nggak dibeliin sepatu yang kelap-kelip solnya, atau nggak dibeliin Roller Blade/Inline Skate, paling banter nangis gegerungan, lalu putar otak gimana caranya dapat uang tambahan lalu ditabung dan beli barang impian. Kalau saya waktu itu jadi abang-abang cabutan dan sewain buku komik/game boy saya. Uangnya malah buat beli Nintendo. Buat saya, ini cara yang lebih militan dan masuk di akal saya. Saya harus lebih kuat, dan lebih pintar dari anak-anak lain yang seumuran maupun lebih tua dari saya. Sekarang? Yah.. gitu lah, kamu bisa lihat dan baca sendiri berita-beritanya. Tapi bukan berarti nggak ada anak jaman sekarang yang nggak keren, banyak juga yang keren. Macam Joey Alexander, teenage heavy metal band Unlocking The Truth, dsb.

It's the worst damn day, but it doesn't hurt that much. Yang paling menyakitkan buat saya adalah momen di mana Ibu menolak kehadiran saya di rumah, setelah saya melakukan banyak kesalahan bodoh. Bukan soal patah hati, perceraian, ditipu teman, atau bahkan nggak naik jabatan. Bersyukur, saya dan Ibu sudah berdamai dan memaafkan satu sama lain. 

"When I was young the world it was smaller. The cities were vast, the building were taller. I felt really strong, my parents seemed stronger. But life has a way it showers with greatness, then takes it away those pieces that made us, then teaches you things you'd never imagine. We all get the same memories the burdens, the pictures we made they still form a pattern, they cautiously say does it all matter."

Kemang, July 21st 2016
"When I Was Young" - Blink 182


Comments

Popular Posts