Menjelang Beberapa Yang Baru
Hampir seharian saya ada di depan layar laptop, sesekali membaca artikel di Buzzfeed, sesekali bengong, sesekali mengecek tab mention, sesekali mengecek message di Facebook, dan berkali - kali mereguk Jägermeister yang seolah tak akan pernah habis. Karena tahu - tahu sudah ada botol yang baru, masih penuh, meraung minta segera ditandaskan.
Dari pagi sampai sore tadi, saya dan teammate saling bertukar ide di Group WhatsApp sambil bersenda gurau, tak ada yang mengeluh kalau kami tetap bekerja di hari libur seperti ini. Semua orang (terlihat) menikmatinya, atau mungkin saya yang paling menikmatinya. Pekerjaan adalah distraksi paling hebat, mampu melumpuhkan segala macam ingatan yang sedang berkejaran satu sama lain di dalam kepala saya saat ini. Saya tidak rela dipisahkan dengan pekerjaan saya. Tidak sekarang ataupun nanti.
Timeline Twitter, Facebook, Path dan bahkan Instagram sedang riuh dengan berbagai macam versi resolusi & harapan soal tahun baru, yang hanya tinggal beberapa jam saja. Dan masih ada duka yang bergelayutan dimanapun terkait dengan insiden kecelakaan pesawat #QZ8501 segala doa yang paling baik disisipkan di setiap status yang di-posting dan pasti juga telah diucapkan lamat - lamat dari semua makhluk yang ada di semesta ini, untuk semua keluarga korban insiden tersebut. My deepest condolences and prayers for #QZ8501, you don't know what you got 'til it's gone.
Sambil mendengarkan "Colorblind" milik Counting Crows, dan menyesap Jager, dengan bau badan yang tak sedap, wajah awut - awutan, namun tetap malas ke luar dari rumah karena masih hujan deras, saya kembali memikirkan sebuah perjalanan. Tentu ada perjalanan kilas balik selama setahun ke belakang. Siapapun pasti akan melakukan ini, menjadi semacam ritual tanpa sadar yang seringkali berujung dengan tak sedikit penyesalan, dan akan ada banyak "Ah, andai saja.." atau "Coba dulu itu.." atau "Harusnya kemarin.." dan seterusnya. Bukankah kita, manusia, selalu seperti itu? berhitung, berkompromi, membuat banyak rencana, mengubah rencana di pertengahan jalan, membuat keputusan tanpa berpikir kembali resiko dan konsekuensinya, lalu menyangkal bahwa perubahan itu membuat kita kerapkali kecewa.
Menjelang beberapa yang baru. Hal apa saja yang baru? Banyak. Karena kita manusia, memiliki banyak keinginan, dahaga yang tak akan terpuaskan hanya dengan 1 galon air mineral baik itu dengan merek Aqua ataupun ala - ala yang (katanya) diambil dari sumber mata air pegunungan, sekali isi harganya tujuh ribu rupiah. Tapi di sini, saya cuma mau pilih beberapa saja, biar nggak rakus, biar maintenance-nya stabil, emosi juga jadi stabil. Buat orang yang memiliki masalah cara mengatur emosi seperti saya ini, priority list menjadi barang yang primer sekaligus tersier. Utama dan mahal harganya.
Setelah melewati beberapa tahun sesi konseling, sesi anger management class, dan beberapa kali sesi hipnoterapi, yang harus tetap saya pertahankan dan terus lakukan adalah, mengatur nafas. Karena sudah 2 tahun terakhir saya gampang kelelahan, gampang sakit dan gampang patah hati. Nggak berhasil makan Sop Kaki Kambing Tiga Saudara atau Dudung Roxy saja, saya bisa langsung mewek, lantas marah - marah. Selain itu, saya perlu distraksi baru, bukan lagi menggunakan pekerjaan, atau membaca buku, atau menulis blog seperti ini, apapun itu, saya membutuhkan distraksi baru. Setelahnya, mungkin liburan yang cukup lama. 2 minggu misalnya. Saya mau melakukan perjalanan ke beberapa kota dan menggunakan jalur darat, karena saya takut berlama - lama di pesawat. Sewaktu pergi ke Jerman beberapa tahun lalu, saya menenggak banyak pil tidur, supaya nggak merasakan perjalanan yang menghabiskan waktu 22 jam. Ya kecuali pada saat transit, mau nggak mau harus turun dulu kan, ganti omprengan.
Apa lagi? Partner baru. Itu sudah semacam doa yang otomatis akan selalu terucap setiap waktu. Karena berdasarkan pengalaman, hanya segelintir orang saja yang sanggup menghadapi saya, selain kedua orang tua tentunya. Teman baru? Ah, kalau yang ini, nanti dulu lah. Yang sekarang saja saya nggak terlalu bagus maintenance-nya, sering janji ketemu tapi terpaksa batal karena ini dan itu. Semakin hari, ruang lingkup saya, semakin mengecil, semakin bisa dihitung pakai jari. Sengaja, biar nggak terlalu banyak folder yang dijejali ke dalam kepala saya yang sudah butuh harddisk external ini.
Inti dari tulisan ini apa dong? Nggak ada. Saya sedang menunggu waktu tergerus habis, sambil mempersiapkan diri untuk menjelang beberapa yang baru. Kalau waktu tak akan pernah mampu berkompromi, lagi - lagi, saya sebagai manusia biasa, merelakan diri untuk bisa berkompromi dengannya. Mungkin ini alasannya, kenapa dulu Aqua sempat membuat lagu yang berjudul "If Only I Could Turn Back Time" dan sempat menjadi hits. Selain menjadi salah satu soundtrack film romantis, lagunya juga gampang diingat. Terutama pas hujan, dan.. sendirian.
Menjelang beberapa yang baru, berarti menempatkan diri saya di level tantangan yang berbeda, situasi dan kondisi yang berbeda. Namun pepatah 'same shit different days' mungkin masih bisa digunakan, reminiscing same shit that will happen in different days or years.
Selamat menjelang tahun baru 2015, menjelang pernikahan yang telah kalian rencanakan, kelahiran anak pertama, kedua, ketiga dst yang telah dinantikan, menjelang kepastian yang belum kunjung datang, dan segala hal yang sedang kalian nantikan.
Selamat menyambut tahun baru, Mbak. Semoga semua keinginanmu terwujud di tahun 2015. Amin. :)
ReplyDeleteHai Kimi! Selamat tahun baru! Amin!
ReplyDeleteBegitu juga dengan semua keinginanmu yes :)