Lonesome
"Manusia bisa tahan hidup seminggu tanpa air, dua minggu tanpa makanan, bertahun - tahun tanpa rumah, tapi manusia tak bisa menahankan kesepian. Kesepian adalah siksaan paling berat, penderitaan paling hebat." - Paulo Coelho di bukunya yang berjudul Eleven Minutes.
Aku kembali mengingat malam - malam yang telah ku habiskan di salah satu gedung pencakar langit yang terletak di Sudirman bertahun - tahun lalu. Menghidupkan kembali rasa - rasa yang saat itu sangat menguasaiku, memelukku sedemikian eratnya tanpa memberikan kesempatan untukku menghela nafas sejenak dan menikmati apa yang telah ku dapatkan pada saat itu. Haus akan pembuktian diri, haus akan materi, haus akan promosi jabatan, haus akan cap "THE BEST EMPLOYEE" dari boss dan kolega - kolegaku, haus akan pemuasan ego, haus akan pengakuan, serta haus akan cinta dari seorang laki - laki yang berada ratusan ribu kilometer jauhnya dariku.
Setelah semua kehausan itu terpuaskan, lantas aku mematut diri di depan cermin dan menemukan diriku telah sedemikian rupa membohongi semua orang, terlebih kepada diriku sendiri. Aku telah memerankan peranku dengan sangat baik, mengenakan topeng yang sembilan puluh persen sempurna dari Senin hingga Jumat. Saat bertemu dengan Sabtu dan Minggu, aku enggan kembali ke awal minggu, enggan mengenakan topengku, enggan merasakan kehausan yang sama lagi dan lagi. Enggan mengakui bahwa pada saat itu aku kesepian. Dan hampir tak terobati dengan apapun, berapapun harga yang sanggup ku lunasi di tempat.
"Are You Lonesome Tonight?" milik Elvis Presley dan "How Can You Mend A Broken Heart" nya Al Green dimainkan bergantian, terus menerus setiap malam di sela - sela jam lemburku yang seakan tak akan ada akhirnya. Seolah telah menyatu menjadi setiap aliran darahku, setiap hembusan nafasku, setiap paradoks yang tercipta dalam senyap, setiap perih yang seringkali ku abaikan, setiap air mata kelelahan, serta menjadi setiap gemerlap lampu di tengah kota yang mulai meredup, pertanda aku harus pulang ke rumah yang isinya hanya diriku sendiri.
Rasanya semua materi yang telah ku perjuangkan setengah mati menjadi sia - sia, ketika tengah malam menjelang pagi pulang ke rumah, dan tak menemukan siapapun di dalamnya, lantas memelukku sambil berkata : "You're fine, you're home now."
Sampai akhirnya aku memahami, bahwa "rumah" tidak akan pernah mampu ku lunasi di tempat begitu saja. Tidak dengan seluruh materi yang ku miliki dulu maupun sekarang. Dan kesepian itu kerap datang dan pergi, mencari arah jalan pulang kembali ke "rumah" yang sebenarnya.
"You will never be able to escape from your heart. So it's better to listen to what it has to say." - Paul Coelho
Comments
Post a Comment