Delirious

fire sparks


Kepada kamu, yang namanya terlampau haram untuk ku lafalkan setiap saat ku inginkan,

Mungkin jaring-jaring yang ku tebar terlalu banyak, terlalu lebar, terlalu tidak signifikan, namun lihatlah aku ini sekarang, tersangkut, tak mampu membebaskan diri dari jari-jemarimu yang senantiasa memintaku untuk menghabiskan malam bersamamu, menolak keras kantuk, menggantikannya dengan pendar bola matamu yang sinarnya sumpah mengalahkan lampu petromak tukang ketoprak malam hari.

Aku tergila-gila denganmu, dengan senyuman yang menghiasi wajahmu, disertai keriput yang tak akan mampu kau sembunyikan. Namun demi Tuhan, aku rela membagi setengah hidupku hanya untuk bisa melihat senyuman itu setiap malam. Dan hanya di malam hari, kita berdua dapat sedikit tersembunyi dari sibuknya lalu lalang orang sekitar dengan isi pikiran mereka yang sedemikian jalang saat mereka menemukan kita berdua, duduk bersebelahan berbagi cerita dengan bibir yang siap melumat satu sama lain.

Aku telah dikutuk oleh sahabat-sahabatku, mereka mengucapkan sumpah serapah yang sangat halus, tak terasa perih sama sekali, namun sangat membebaniku setiap kali kita berdua menghabiskan waktu bersama. Mereka mengingatkanku akan waktu yang dulu pernah ku habiskan untuk mencintai laki - laki sepertimu, yang pada akhirnya, tak akan seujung kuku pun akan ku miliki seutuhnya.

Aku kerap kali bertanya, mengapa bisa aku menggilai orang yang salah? Dan mengapa waktu tak bisa barang sebentar berkompromi pada saat kita bersama? Menjadikannya lebih lama dari sebelumnya. Dan, mengapa, kali ini aku ingin tak berbelas kasihan dengan siapapun kecuali diriku sendiri?

Kepada kamu, yang namanya terlampau haram untuk ku lafalkan setiap saat ku inginkan... Perlu waktu berapa lama agar kita bisa benar - benar bersama tanpa harus kembali ke jalan pulang kita yang berbeda?

Comments

Popular Posts