JGL a.k.a Misfits

Ada pendar tak terjabarkan setiap kali aku menatap lekat kedua matamu, entah itu dibawah penerangan temaram maupun se-jelas petromak tukang nasi goreng keliling. Tak pernah aku memberanikan diri untuk menantang pendar–pendar itu lebih dari 10 detik, karena tanpa menantangnya pun kamu telah berhasil menelanjangiku dengan segala logikamu.

Mungkin aku terlalu mabuk malam itu, mungkin juga kita berdua yang telah sekian lama menahan diri untuk tidak saling menyentuh satu sama lain, tidak se-dalam itu, dan tidak se-intens itu. Dan mungkin kali ini aku yang akan terjatuh menggilaimu dan lantas mengejarmu, layaknya seekor anjing yang senang sekali dibodohi untuk mengejar ekornya sendiri. Ia tahu bahwa ia tak akan pernah berhasil menangkapnya, hanya berputar–putar di tempat yang sama, kondisi yang sama, dan kelelahan yang sama berkali kali, namun tetap akan melakukannya kembali.

Sewaktu jemarimu menyentuh setiap sudut yang sekian lamanya tak terjamah dengan tepat, aku menemukan surgaku, mata air di tengah padang pasir, tanpa fatamorgana, murni realita. Walau kepalaku dipenuh asap ganja, dan mataku sekian lama terpejam, lenguhanku tak akan pernah mengingkari… bahwa kau menempatkan sentuhan–sentuhanmu dengan tepat.

Rasanya aku pernah memilikimu, entah di kehidupan yang mana. Sepenuhnya ada di kedua tanganku, dan tak membiarkan siapapun bisa meraihmu, kecuali aku. Memang itu lah aku, se-egois itu, tidak akan pernah mau berbagi kecintaanku dengan siapapun, tidak pula untuk Tuhan.

“Be” milik Daley resmi menjadi lagu latar setiap kali namamu ku sebut dalam keseharianku, setelah malam itu. Jauh berbeda sekali dengan lagu latar yang muncul di kepalaku sewaktu kita pertama kali bertemu. Yang pasti tidak ada unsur Rock sama sekali, kali ini hanya kelembutan yang jelas terasa dari ujung rambut sampai ujung kakiku, ketika aku kembali mengingatmu. Dan sentuhanmu…

Masih bisakah kita mengulangi momen yang sama satu kali lagi? Walau aku yakin, aku tidak akan pernah terpuaskan sampai kapanpun. Terutama segala hal tentangmu, yang rasa–rasanya terlalu banyak untuk ku eksplorasi.








Comments

Popular Posts