#6
Ada satu putaran waktu, dimana mataku menatap lekat ke kedua matamu, namun kau mencari-cari objek lain untuk kau pandangi.
Lantas alunan suara Veruca Salt mendendangkan "Somebody" milik Depeche Mode perlahan dimainkan, seolah menjadi backsound satu momen itu, yang membuatku menghela nafas panjang dan lamat-lamat menelan getir yang bahkan masih terasa di sudut bibirku.
Penolakan terlihat tegas di matamu, namun tidak di kedua tanganmu yang senantiasa merengkuhku ke dalam hangatnya pelukmu, sambil sesekali mengusapkan jemarimu yang lentik ke pipiku, dan tidak juga hadir di kecupanmu yang sedikit basah dan menancapkan adiksi di tempat yang tepat.
Kesalahan tidak menjadi milik siapa-siapa, ketika diantara kita berdua mengetahui apa persisnya yang sedang kita coba jalani, kita coba pahami satu sama lain. Kamu yang sedang tak ingin kemana-mana, sementara aku yang ingin segera beranjak dari tempat yang itu-itu saja.
Kamu yang tanpa pernah ku kira, dapat menghafal setiap hal yang ku jalani sehari-harinya, mengetahui mana hal yang aku sukai dan tidak ku sukai, mengajarkanku bersabar akan egoisnya Sang Waktu, memintaku untuk mencoba setidaknya menyayangi diriku sendiri sedikit lebih banyak dari yang sebelumnya dan.. tidak memintaku untuk menunggu ataupun mengubahmu.
Ingat obrolan kita tentang lagunya Tulus yang berjudul : "Jangan Cintai Aku Apa Adanya" malam itu dibawah penerangan lampu yang remang dengan diiringi "Magic" nya Coldplay? Kamu bilang sebaiknya aku bersama Tulus saja bila tak bisa mencintaimu apa adanya. Iya, untuk mencintaimu memang tidak akan sederhana, mudah dan diharuskan apa adanya. Lantas, pertanyaan itu muncul di kepalaku, apakah kau juga akan melakukan hal yang sama terhadapku bila aku melakukannya kepadamu? Bibirku terkatup rapat. Aku tak ingin beragumentasi soal apapun denganmu. Tidak sekarang.
Aku memilih diam dan mengamatimu, sambil sesekali menikmati pelukan, kecupan dan lumatan bibirmu. Catching things up, begitu kau bilang hampir satu bulan yang lalu. Apa dayaku bila semesta memang bermaksud menemukan kita berdua kembali, namun dalam perasaan dan sikap yang berbeda? Walau memang rasanya tidak pantas berharap apa-apa atas pertemuan ini, setidaknya aku bisa kembali tersadar, bahwa masih ada laki-laki baik dan tak memiliki tendensi apapun terhadapku.
Kamu yang tak mampu menciptakan omong kosong soal cinta, polos apa adanya, serta candaanmu yang seringkali gagal memecah tawaku, terpatri lekat di ingatanku. Aku tahu, aku tidak menginginkan apa-apa lagi selain kehadiranmu di keseharianku sampai nanti. Di satu putaran waktu yang mungkin pada akhirnya, kau mau menatap kedua mataku lekat-lekat seraya berkata : "Ayo pulang, kamu nggak perlu mencari lagi. Sekarang sudah ada aku."
Begini rasanya ditolak oleh seorang laki-laki yang bahkan seujung kuku pun tak berani menyentuhku lebih jauh. Namun apa daya, justru dengan begitu, kamu berhasil menyentuh hatiku. Ini jelas bukan perkara syahwat semata.
Comments
Post a Comment