Galau Berdistorsi II
1. Monument - A Day To Remember
Penggabungan distorsi serta beat drum yang sarat akan berbagai macam emosi mampu membangkitkan kerinduan akan kehadiran seorang partner hidup. Baik itu dengan label teman, sahabat maupun kekasih. Memejamkan mata sambil mendengarkan lagu, apalagi di tengah perputaran aktivitas yang rasanya tak memiliki expired date, seolah menjawab segala keresahan yang bergema dari setiap sudut hati.
2. Seven Years - Saosin
Apa? Emo banget? Ya namanya juga Galau Berdistorsi. Bukan sekedar riff guitar yang menyayat hati atau isi kepala, departemen lirik di band ini sangat kuat, dan seringkali menggunakan frasa yang diluar pemahaman. Lagu ini bukan soal menunggu kepastian hubungan antar manusia saja, lebih dari itu. Anthony Green berhasil menginterpretasikan lirik di lagu ini dengan sangat mendalam, memuntahkan segala kekhawatiran dan keresahannya ke setiap bait yang ia kumandangkan.
3. Stare At The Sun - Thrice
Salah satu band Post Hardcore yang saya sukai semenjak menetap di Jepang, dan menjadi salah satu alasan saya untuk segera pulang ke Indonesia saat itu. Lagi-lagi kekuatan lirik di dalam lagu yang selalu menjadi poin penting akan penilaian saya terhadap sebuah band. Padahal Teppei Teranishi tidak berada di dalam level yang sama dengan Ian Mackaye dari Fugazi, akan tetapi sosoknya di Thrice tidak dapat dipandang sebelah mata. Karena sewaktu keyakinan saya terseok-seok selama di Jepang, lagu ini membantu sekian banyak pertanyaan agar terjawab dan juga memberikan kekuatan untuk saya membuat keputusan yang sangat penting. "Cause i am due for a miracle, i'm waiting for a sign"
4. Aerials - System Of A Down
Lagu ini selalu berkumandang, dalam rentang waktu dari tahun 2001 - 2003 dari dalam kamar abang angkat saya, Sondi Ardian, ketika kami berdua memilih untuk berdiskusi sambil menyesap bir yang tak selalu dingin, mendiskusikan era reformasi yang mulai terlihat serba kebablasan. Kami tak lagi takut beramai-ramai melakukan diskusi selepas latihan band di teras rumahnya, tidak takut lagi untuk diculik atau diteriaki komunis atau ingin makar, namun ketakutan kami pada saat itu tidak jauh berbeda dengan ketakutan yang sebelumnya. Setiap kali mendengar lagu ini dimainkan, ingatan saya akan selalu kembali ke kamar itu, ke teras rumah itu, ke rasa yang saya kecap dengan sangat getirnya, kepada Almarhum Gus Dur yang sedemikian kuat hingga ujung usianya. "We drink from the river, then we turn around and put up our walls."
5. Dari Dulu - ROXX
Sewaktu kasus Yahya Zaini dengan perangkatnya yang kecil itu, menyeruak ke permukaan, selewatan saya mendengar lagu ini berkumandang dari mp3 player milik teman saya. Sungguhlah semua lirik ini cocok sekali dengan kondisi anggota dewan yang makin hari, makin tua, makin gila. Atau kasus-kasus bangsat lainnya, soal korupsi, soal praktek poligami dengan anak dibawah umur, kekerasan dalam rumah tangga, yang setiap hari saya saksikan dari layar kaca TV berkelir dan juga portal-portal berita, benar-benar membuat saya sesak, kesal, muak, tapi nggak tahu mau dan bisa berbuat apa. Sebegitu berkembang biaknya para predator-predator gila di Negara ini, sementara kuantitas orang-orang yang waras sedemikian sedikitnya.
6. The Leader Has Gone - NOXA
Salah satu band Grindcore kebanggaan Indonesia ini pun ternyata punya lagu galau. Well.. lebih kepada rasa kehilangan yang amat sangat sih, dan saya yakin sekian miliar persen, kerinduan mereka akan sosok Robin Hutagaol melebihi rasa rindu sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Pertama mendengarkan lagu ini, sewaktu mereka ada di salah satu gig di Bulungan, cuaca mendung, berangin dan mulai sedikit gerimis. Tony Ateng (vocalist NOXA - red) pada malam itu, kurang lebih bicara seperti ini sebelum memulai lagu : "Untuk Robin Hutagaol, kami akan meneruskan peninggalanmu!" sampai detik saya mengetikkan kalimat - kalimat ini, bulu kuduk meremang, air mata mengambang di pelupuk sedemikian banyaknya. Iya, sebesar itu sosok Robin Hutagaol untuk kami semua disini. We miss you, Robin.
7. Shoot Me Again - Metallica
Penginterpretasian saya terhadap lagu ini, sedikit berbeda dengan kebanyakan orang. Kok, saya merasakan kelelahan yang sudah menumpuk sekian lama, sementara yang bisa saya lakukan hanyalah menantang semua yang ada untuk mencoba dan mencoba lagi untuk menumbangkan saya, ya? Tidak seperti emosi yang dikeluarkan oleh Hetfield dari raungannya, yang menunjukan sikap superior dan penuh percaya diri, bahwa ia masih mampu menerima hujaman-hujaman peluru yang ditujukan kepadanya. Dan, memang nggak semua orang menyukai dan bisa menikmati album St. Anger sih, tapi saya bisa menikmati album ini di beberapa lagu. Lagu ini selalu saya mainkan di saat - saat saya dikelilingi berbagai macam deadline, maupun tumpukan masalah, dan saya bisa berkata : "Shoot me again, i ain't dead yet!"
Galau Berdistorsi II ini tercipta semata - mata karena hutang saya kepada @rockadocta akhirnya ya, bisa saya lunasi doc :')) walau #CadasTapiGalau nggak beredar lagi secara official, setidaknya hestek itu akan abadi selamanya. #Uhuk
Comments
Post a Comment