H E R O I N
November 13, 2013
“Bangsat! Tajir banget lo pake heroin!”
Begitu dulu ucapan saya ketika tahu beberapa teman seangkatan ada yang sanggup beli heroin di setiap kali ingin mabuk–mabukan **halah**. Heroin menjadi benda yang paling mahal ketimbang baks atau bahkan sebotol topi miring berpuluh tahun silam, atau mungkin sampai sekarang.
Lantas, saya menemukan Heroin yang tidak mahal untuk dikonsumsi dan dapat saya nikmati setiap saat, kapanpun, dimanapun, tanpa takut ditangkap aparat yang masih hidup, bukan aparatmati tentunya, hahahahaha…
Tersebutlah satu lagu berjudul “H E R O I N” milik ROXX yang diambil dari album Bergema Lagi. Iya yang cover albumnya bergambar postur tubuh wanita, dari leher sampai kaki, dilumuri minyak sampai mengkilap dan pakai sports bra bertuliskan Bergema Lagi serta kancut putih dengan merk ROXX.
Sore tadi saya bertanya ke Abah Jaya begini :
“Part lead guitar di lagu H E R O I N ini siapa yang ngisi bah?”
“Gue.”
Ooh, ternyata.. Abah Jaya berhasil menyayat hati saya lewat lagu ini. Nggak terlalu paham sih dari sisi teknisnya apakah part lead guitar di lagu ini susah atau nggak, tapi pesannya tersampaikan, tepat sekali mengiris sembilu. Atau memang saya saja yang lagi galau karena ini dan itu, jadi terasa cocok banget.
H E R O I N menceritakan tentang bagaimana rasanya menggantungkan hidup di setiap bulir – bulir heroin yang memabukkan, dan segala macam kekhawatiran tentang akan segera berakhirnya nyawa bila tak lagi mencandunya.
“Putih tak sentuh lagi, nyawaku serasa pergi
Setitik harap ‘kan datang, gila tanpamu.
Putih, aku rindu.. Putih, jangan gangguku..
Tenggelam dalam khayal, yang tak bertepi.
Temanku mati, tak hanya satu,
Mungkin ku menyusul, bersamamu ke ujung dunia..”
Ingatan saya tentang beberapa teman yang meninggal dunia karena heroin atau putaw kembali muncul. Sambil mendengarkan lagu ini otomatis membuat bulu kuduk saya berdiri. Betapa sulit saya menerima kepergian mereka satu per satu pada saat itu..
Lalu isi kepala saya berubah, menjadi slide film dengan memasukkan lagu ini ke setiap slide yang sedang berjalan. Membayangkan bila lagu ini dijadikan video klip, membayangkan bila teman-teman saya itulah yang menjadi model video klip nya, membayangkan bila saya yang menjadi mereka, menjadi budak heroin di setiap detiknya..
Part lead guitar di lagu ini sudah membiarkan saya menciptakan sekian banyak scene di dalam kepala saya sendiri. Sungguh, bukan notasi dan riff yang diciptakan sekedarnya tanpa jiwa.. justru jiwa itu bangkit dari bagian–bagian tersebut. Dan mengiris sembilu. Terutama bila orang lain, selain saya, mengalami hal yang persis sama seperti yang disampaikan di lagu ini.
Mari tutup buku dengan Heroin!
Buka buku dengan topi miring atau bintang dingin saja!
HAHAAHAHAHAHAHAAH
0 comments