Gila Dan Masokis
October 25, 2013
Aku mulai berprasangka bahwa kita berdua ini masokis. Layaknya Carrie Bradshaw dengan Mr. Big atau Rihanna dengan Chris Brown. Walau jelas sekali, kita bukan keduanya.
Lalu lagu itu tiba-tiba dimainkan secara acak dari external hardisk-ku dua malam sebelumnya. Iya, lagu yang kata banyak orang menjiplak salah satu lagu milik Raja Pop Dunia. Lagu yang mainstream, begitu yang dibilang Mamanda Sotja. Lagu yang bahkan nggak ada enak-enaknya menurut mantan boss ku, Demit.
Kamu ingat bagaimana kita menghabiskan setiap detik yang berawal dari Jumat malam sampai Senin pagi, di apartemen berukuran studio itu? Iya, diiringi lagu itu. Yang aku yakin, kamu begitu muak mendengarnya, namun tetap mengijinkanku untuk mengulangnya terus menerus, sampai gendang telinga ini pekak, dan tubuh ini hafal bagaimana harus bergerak ketika lagu itu sontak berkumandang tanpa ada yang memberi aba-aba.
Entah apa yang membuat kita berdua kembali bersama lagi. Sulit rasanya menolak arah pulangku ke rumah yang berwujud kamu. Padahal sudah terlalu banyak sakit, belum lagi ribuan perdebatan dan pertengkaran, serta jutaan benturan ego selama kurun waktu hampir empat tahun ini.
Kamu yang selalu ada disitu, bahkan ketika sesaat kamu memutuskan untuk pergi dan mengambil rehat yang sebelumnya tak pernah kamu tebus sedetik pun. Lantas keinginanku untuk memilikimu seutuhnya makin membumbung tinggi. Bukan sekedar menjadi kekasih, dan juga bukan untuk pembersihan dosa.
Seorang teman dari Geng Tancho bilang, ini yang dinamakan keinginan mengabdi atas nama cinta, yang selalu berhasil melumpuhkan logika.
Lalu aku dan kamu kembali gila.
Gila dan Masokis.
We did found love in a hopeless place.
The house might be broken, but i knew, my home is willing to let me fixing up the holes.
Even if i need more time than everybody can imagine.
I'll get there eventually.
0 comments