Ever Thine, Ever Mine, Ever Ours
Though still in bed, my thoughts go out to you, my Immortal Beloved, now and then joyfully, then sadly, waiting to learn whether or not fate will hear us – I can live only wholly with your arms or not at all – Yes, I am resolved to wander so long away from you until I can fly to your arms and say that I am really at home with you, and can send my soul enwrapped in you into the land of spirits – Yes, unhappily it must be so – You will be the more contained since you know my fidelity to you. No one else can ever posses my heart – never – never – Oh God, why must one be parted from one whom one so loves. And yet my life in V is now a wretched life – At my age I need a steady, quiet life – can that be so in our connection? My angel, I have just been told that the mailcoach goes every day – therefore I must close at once so that you may receive the letter at once – Be calm, only by a calm consideration of our existence can we achieve our purpose to live together – Be calm – love me – today – yesterday – what tearful longings for you – you – you – my life – my all – farewell. Oh continue to love me – never misjudge the most faithful heart of your beloved.
Ever thine
Ever mine
Ever ours
~ Beethoven
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Puisi milik Beethoven diatas pernah dibacakan oleh Sarah Jessica Parker sebagai Carrie Bradshaw kepada Mr. Big di film Sex And The City The Movie, saat Carrie membicarakan tema untuk buku barunya dengan Mr. Big sebelum mereka pergi tidur.
Siapa saja yang mengikuti serial Sex And The City serta kedua film terakhirnya? Kalau ada yang mengangguk sambil tersenyum sewaktu membaca tulisan saya ini, kita pasti memiliki pemikiran yang sama. Akhirnya Carrie menikah dengan Mr. Big setelah menjalani on–off relationship bersama Mr. Big sekian lamanya. Lebih spesifiknya selama 10 tahun. Yap, 10 tahun…
Buat saya sosok seorang Carrie Bradshaw adalah sosok yang masokis, tak jauh berbeda dengan Rihanna kepada Chris Brown. Seperti yang dikatakan Carrie di film SATC pertama “It wasn’t logic, it was love” ketika hendak mengambil sepasang Manolo Blahnik seharga 525$ di closet yang telah dibangun oleh Mr. Big sebagai pelengkap penthouse yang akan mereka berdua tempati, lantas menemukan Mr. Big sudah terlebih dahulu sampai disana, tercenung memandangi closet sambil memegangi sepasang Manolo Blahnik tersebut. Detik berikutnya mata mereka bertemu, mereka merentangkan tangan lebar–lebar dan saling berpelukan dengan erat. Kalau sudah ada yang menonton film ini pasti mengerti dengan kalimat yang sudah saya kutip diatas.
Cinta memang seringkali membutakan logika. Tak hanya mata dan nurani, bahkan membuat tuli. Saya sudah pernah mengatakan hal yang sama seperti ini, bukan karena tidak ada argumen yang lainnya, tapi memang seperti itulah yang sering terjadi. Cinta sanggup membangun sebuah pondasi baru di dalam diri kita, sekaligus menghancurkannya hanya dengan sekali hantam. Cinta buat saya adalah kekuatan yang mampu membangun dan menghancurkan dalam sekejap mata. Mental kita diombang–ambing, penuh dengan kekhawatiran, sekaligus penuh dengan luapan kasih sayang yang rasanya tak sanggup kita bendung, pembawaan diri kita mudah ditebak ketika sedang jatuh cinta atau kasmaran. Namun sekalinya hancur, bahkan Lady Gaga sang Mother Monster yang menciptakan Poker Face saja, tak sanggup memakai Poker Face-nya di hadapan jutaan orang ketika patah hati.
Penggalan puisi Beethoven diatas mengajak saya untuk tetap tenang, dalam kecintaan saya terhadap orang–orang terdekat saya. Tak perlu menggebu berlebihan, tak perlu reaksi yang mudah ditebak banyak orang, sehingga saya tidak akan pernah menyalahartikan kesanggupan hati saya untuk memiliki begitu banyak cinta kepada orang–orang terdekat saya. Cinta bukan hanya milik sepasang kekasih, bukan?
Kadang hati membuatkan lebih banyak siasat daripada logika, ketika itu terjadi, hati sudah mengetahui apa yang terbaik untuknya, untuk kita.
Comments
Post a Comment