source : google.com
Sudah berapa banyak orang yang menuliskan tentang keadaan dan kondisi ibukota tercinta kita, Jakarta? Tak terhitung ya nampaknya. Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah insiden di salah satu portal berita, mengenai perilaku para pengendara di jalan raya. Tepatnya seorang pengendara motor yang tak terima ditegur ketika mengendarai motornya sambil mengoperasikan handphone-nya pada satu waktu oleh pengendara motor yang lain. Sungguh kegiatan multitasking yang membahayakan keselamatan semua orang. Alih-alih berterimakasih karena sudah diingatkan, si pengendara motor ber handphone yang tak terima ditegur malah membalap pengendara motor yg menegurnya lantas menembaknya dengan pistol yang entah dia beli dari mana. Pengendara motor yg menegurnya terluka dan segera dilarikan ke RS terdekat. Ngeri ya?
source : google.com
Sudah berapa banyak kasus multitasking membahayakan orang lain tersebut terjadi di keseharian kita? Sudah terlalu banyak, terlalu sering, sampai-sampai tanpa sadar kita sendiri sudah menyerah untuk memberikan protes dan terpaksa memaklumi para pengendara multitasking tersebut. Walau tetap akan selalu ada klakson panjang berkumandang setelahnya.
Ini salah satu fenomena yang terus berkembang, menggelinding dan makin membesar bak bola salju yang baru saja digulirkan. Saya juga dulu pernah menjadi salah satu pengendara multitasking tsb, sampai akhirnya saya secara tidak sengaja berhasil menabrakkan diri ke portal perumahan yg tertutup dan membuat gaji saya dipotong karena mobil yang saya kendarai adalah mobil kantor.
Saya kapok, nggak mau lagi menjadi orang yang bodoh yang tidak sadar diri akan keselamatan saya dan orang yang ada di sekitar saya. Semenjak kejadian itu, handphone selalu berada cukup jauh dari jangkauan saya ketika saya sedang berkendara. Beruntung saya masih hidup dan masih diberikan akal sehat.
Apa saya berkata orang yang berkendara sambil sibuk utak-atik handphone-nya adalah orang gila? Iya. Karena pada saat itu org tersebut dengan sadar dan sengaja memecah konsentrasi berkendaranya, membuat orang lain yg di sekitarnya merasa was-was. Jalanan kosong tapi kendaraan dipacu dibawah batas normal demi memandangi kotak bercahaya yang memabukkan yang mampu membuat penggunanya melayang bukan kepalang tanpa kesadaran penuh. Macam efek kasmaran dan baru jadian lah gampangnya.. Semua perhatian tertuju kesitu.
source : google.com
Yang membaca tulisan saya ini pasti ada yang langsung kesal, tersinggung dan dalam kepalanya sibuk mencari pembenaran, pastilah orang-orang yg setiap hari melakukan kegiatan multitasking membahayakan yang saya sebutkan diatas :)). Tulisan ini dibuat bertujuan untuk mengingatkan, bahwasanya selain kita bertanggung jawab atas kelangsungan hidup kita sendiri, kita juga bertanggung jawab atas kelangsungan hidup orang - orang di sekitar kita. Kalau anda hanya memikirkan diri anda sendiri, saya sarankan segera saja hidup di pedalaman sendirian, nikmati semuanya sendiri.
Kegiatan multitasking membahayakan ini bukan hanya terkait soal handphone, juga terkait soal perilaku pengendara yang sering kali mengamini kegiatan tolol berjamaah seperti : traffic light belum hijau, sibuk pencet klakson berkali2 lalu menerobos lampu merah bareng-bareng, atau bisa juga melawan arah secara berjamaah dengan tampang lebih beringas dan tak mau kalah baik itu pengendara mobil maupun motor, atau juga berkelahi dengan sesama pengendara sambil mem blok jalan. Ooh sungguh, kejadian - kejadian ini sudah menjadi makanan kita sehari-hari.
Kadang ada sih polisi yang kebetulan berjaga, tapi yang mulia polisi hanya tertegun memandangi handphone nya atau sibuk ngobrol dengan handy talkie atau partner-nya, membiarkan semua fenomena ini terjadi di depan matanya. Kalau kita laporkan yang mulia polisi hanya akan membentak si pembuat kesalahan tsb atau menilang dan biasanya dgn nominal 20ribu terciptalah perdamaian antara yang mulia polisi dan si pembuat kesalahan tsb. Ngehek ya?
source : google.com
Semalam saya berpikir, betapa ibukota kita ini butuh seorang Judge Dredd atau vigilante seperti Danny Trejo di film Bad Ass, yang tak takut menggerus semua pelaku kejahatan tanpa pandang bulu apalagi pandang berapa nol di setiap lembaran uang yang mereka miliki. Jakarta sedemikian berubahnya menjadi hutan belantara yang penuh dengan binatang buas yang lapar se-per-sekian detiknya, siap memangsa siapa saja yang lemah baik dari segi hukum, strata sosial bahkan seberapa banyak uang yang mereka miliki di kantongnya. Dan bahkan jika tak punya kekuatan utk melawan, bersiaplah untuk menerima bogem mentah yang membuat tubuh tersungkur di aspal atau caci maki dahsyat melebihi caci maki ibunda kiki fatmala beberapa tahun lalu.
source : google.com
Ini jakarta bung, keras! Iya keras karena sudah terlalu banyak pembiaran yang dilakukan warganya sendiri, yang kebanyakan hanya mampu teriak menyalahkan gubernurnya, padahal kalau mau sadar diri dan berkaca sejenak justru kita-kita ini lah yang membuatnya berkembang biak begitu cepat, dahsyat dan begitu memuakkan. Nggak usah cari pembenaran, hidup ini bukan hanya untuk anda sendiri.