Gundah Gulana, Jatuh Cintanya saya dengan Payung Teduh
(image from google.com)
Petikan gitar yang menggema di kedua telinga, diiringi lantunan suara penyanyinya yang sampai sekarang belum sempat saya cari tahu namanya.. Mereka bernama Payung Teduh, irama keroncong berpadu dengan folk jazz teramat kental terasa di album mereka yang bertajuk “Payung Teduh”.
Terlambat 2 tahun mendapatkan album mereka membuat saya menyesal. Menyesal tidak dapat menikmati hingar-bingar yang mereka ciptakan dengan caranya sendiri secara tepat waktu.
“Dengerin Payung Teduh itu bikin ngantuk!” ujar pacar saya diiringi dengan tawa khasnya. Saya hanya mengendikkan bahu saya sedikit sambil tersenyum. Tak ada rasa kantuk sama sekali ketika mendengarkan musik, bahkan menguap pun tidak. Saya dibawa ke era 60-an seperti yang pernah saya saksikan di film – film jaman dulu, tetiba hadir di sebuah aula dengan peralatan musik seadanya. Instrumen gitar elektrik bersanding dengan gitar akustik, serta drum set dengan brush stick nya dimainkan dengan begitu berirama namun lembut, contra bass yang dimainkan dengan petikan yang tegas.. serta para pemain instrumennya yang perlente mengenakan jas dan topi fedora…
“Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan” bukan lagu yang sama sekali sederhana, tidak pula dengan lirik yang mudah dipahami apalagi aransemen yang mudah dibuat.. lagu ini begitu penuh kerinduan di setiap helaan nafas sang vokalis. Mendengarkannya lebih dari 5 kali membuat saya berusaha menerka, rasa apa yang menghimpit dada saya setiap mendengarkan lagu ini? Seperti ingin meneriakkan kerinduan yang entah tertuju untuk siapa, memberitahukan seisi jagat raya bahwa saya dikuasai oleh rindu yang sebegitu besarnya…
Lagu ini seperti bersambung di lagu yang berjudul “Kucari Kamu” himpitan yang saya rasakan sebelumnya berlanjut dan berkesinambungan.. terus menerus menghanyutkan saya, makin lama makin teduh, makin lama makin gundah, makin lama makin rindu.. makin lama makin jatuh cinta.. dengan Payung Teduh..
Perpaduan yang luar biasa, yang berhasil menghanyutkan saya sebegitu dalamnya, tak peduli ditengah deadline pekerjaan, maupun di keseharian. Payung Teduh berhasil meneduhkan segala gundah gulana yang melanda…
Comments
Post a Comment