Memaafkan dan Melupakan Tidak Akan Pernah Mudah

Tidak banyak yang berubah di hari lebaran tahun ini.
Ayah masih berada di rumah istri keduanya di hari lebaran pertama, lantas sore hari baru datang ke rumah Ibu, istri pertamanya, rumah kami.
Sedari pagi Ibu menerima tamu - tamu yang datang ke rumah, ditemani adik laki - lakiku yang tak dapat beranjak sedikitpun dari sisinya.
Itu sudah kewajibannya sebagai anak laki - laki satu - satunya di rumah.

Matahari sudah naik begitu tinggi, hari diluar terik bukan main.
Saya memilih rebahan di kamar adik laki - laki saya yang selama libur lebaran ini saya pinjam.
Berpikir, banyak orang, banyak hal yang belum dapat saya maafkan..
Mengingat satu per satu semua peristiwa, pertengkaran, sakit hati dan air mata yang terbuang percuma..
Saya masih Ega yang pendendam. Konsisten dengan rasa kecewanya.
Lelah. Memaafkan lantas memulai lembaran baru tidak pernah mudah.

Hati ini tidak sigap dan cepat siap untuk kembali dengan cerita yang sama sekali baru..

Prasangka akan selalu ada, ketidakpercayaan sudah sedemikian suburnya.

Lantas saya harus menyalahkan siapa?

Tidak ada.


Ada sahabat yang mengatakan, bahwa dengan memaafkan kita bisa hidup lebih tenang, berjalan beriringan seperti sedia kala. Bagaimana bisa? Pergi kemana kecewa dan sakit hatinya? Tanya saya..

Yah.. saya akui, tiap malamnya tak dapat tidur tenang, tiap paginya penuh kecurigaan yang kadang tak berdasar, hati ciut mengkerut ketika bertemu dengan orang baru..

Orang lama saja masih belum benar - benar dapat saya maafkan, apalagi orang baru ketika nanti membuat kesalahan.. pikir saya..


Buat saya, kalau tidak ada niatan mengubah diri setelah minta maaf ataupun sebelumnya, lebih baik selamanya saja tidak usah pura - pura menyesal. Percuma. Buang waktu.

Saya bukan orang yang mau memberikan kesempatan kedua, ketiga dan seterusnya..

Mengenal sekali, dikecewakan sekali, lantas hilang sama sekali.

Begitu sudah lebih dari cukup.


 

Comments

Popular Posts