Ketukan Palu
“TROK, TROK, TROK!!”
Seperti mendengar hakim mengetukkan palunya, memberitahu khalayak ramai bahwa keputusannya resmi sudah.
Namun pemandangan yang ada di depan mata bukan ruang pengadilan, melainkan kamu, dan matamu yang menatapku hangat.
Kamu memang tidak mengatakan apa – apa yang kamu rasa, tapi kita berdua tahu jelas itu apa.
Detik saat kau merengkuh aku ke dalam pelukanmu, lantas mencumbuku dengan nafsu yang masih berusaha kau tahan, menyadarkanku.. bahwa api itu perlahan membesar dan kita hanya membiarkannya.
Tak lagi peduli apa kata orang, yang ada hanya aku dan kamu. Di dunia kita berdua.
Lantas, siapa yang mau peduli akan hari esok, ketika hari ini sudah cukup membahagiakan tanpa kompromi?
Aku tak mau lagi peduli, dan mereka bilang aku bodoh dan buta. Sebegitu berani dan bernyali bermain hati dan api. Ah, bukankah itu cinta namanya?
Kasmaran dan Jatuh Cinta, mengubur segala logika, yang tertinggal hanya rasa. Walau sekiranya tanpa harap, namun senantiasa membuat hati ini bahagia.
Bahagia yang sementara, karena kamu, tidak akan pernah menjadi milikku seutuhnya. Lalu kenapa?
Tak ada kata yang mampu menjabarkannya, bahasa tubuh lebih mampu mengekspresikannya.
Comments
Post a Comment