Sisa Gincu

Cahaya yang temaram, musik yang gaduh, lenguhan nafsu, dan kamu duduk disitu..

Di ujung sofa yang lapuk, di tengah aroma berbagai macam parfum, dan sisa gincu di sudut bibirmu..

Kita bertemu, bermain mata, lantas sedetik kemudian, kau menyodorkan tanganmu.

Di antara sekian banyak mata yang menatapku, hanya matamu yang menjadi fokusku..

Kalau saja saat itu aku segera menyadari, bahwa kau sedang menginjeksiku dengan racunmu..

Ah, aku tak akan menyesalinya sekarang. Terlambat.

Aku sedang menunggu tanda darimu untuk membawaku pulang, bermalam di rengkuhanmu yang kokoh, dan menikmati setiap desah nafasmu yang terpuaskah gairahnya oleh permainanku..

Namun, sampai pagi, kau tak kembali..

Aku kalah. Kau memilih pergi dengannya, wanita yang meninggalkan sisa gincu di sudut bibirmu itu.

Comments

Popular Posts