Hati dan Logika
Dikala yang fiksi berubah menjadi nyata, dan mimpi berubah menjadi obsesi, harapan justru pergi tanpa pamit. Kepala penuh dengan pekerjaan dan rutinitas yang membosankan, dan badan memberikan sinyal-sinyal kelemahan, namun justru hati yang menguatkan segalanya.
Seks bukan lagi satu hal yang istimewa, materi merajai hari, dan sekelilingpun perlahan terlupakan. Makin banyak tanya yang terlintas, namun tak seorangpun yang dapat menjawabnya, lagi-lagi.. hati yang menguatkan segalanya.
Dengan hati, berkomunikasi lebih banyak, lebih sering, sampai terkadang tak mau lagi bicara dengan yang lainnya. Ketika hati sampai bertolak belakang dengan logika, mereka beradu mulut, berdebat di setiap deru waktu yang berlalu, dan akhirnya menyadari.. bahwasanya.. mereka harus menemukan cara bagaimana dapat menyatukan persepsi mereka berdua tanpa merugikan satu sama lain.
Apabila Hati dan Logika dapat sejalan, layaknya mencari jarum ditumpukan jerami, susah dicari, namun sudah pasti ada di dalamnya. Logika masih bisa menyiasati Hati, namun Hati pasti tak rela bila disiasati Logika, karena selama ini ia yang telah menguatkan segalanya. Menguatkan tanpa syarat, otomatis merangkul setiap kekecewaan yang diberikan oleh Logika dan menjadikannya kesabaran yang tiada terkira.
Lalu bagaimana, ketika siapapun sudah lelah untuk berusaha menyeimbangkan keduanya?
Comments
Post a Comment