I'm Not Feels Like Home (yet..)
Alhamdulillah, impian dan prioritas utama saya sudah terwujud tahun ini, yaitu memiliki rumah sendiri. Walaupun belum 100% selesai, tapi sejak jumat malam saya sudah menempatinya, dengan barang-barang seadanya :D dengan voltase listrik yang belum stabil, air yang keluar dari tanah masih berbau tanah, serta jalan masuk menuju rumah belum di aspal, saya dapat (sedikit) menikmatinya. Mengapa hanya sedikit? saya masih berusaha menemukan jawabannya, nanti..
Malam pertama yang saya habiskan di rumah baru saya sangat melelahkan, dan tidak dapat saya ingat seluruhnya. Saya terkapar lemas, tertidur pulas tanpa mimpi. Bangun pada pagi hari dan menemukan saya di tempat asing ini, saya agak bingung ketika memandang ke sekeliling saya, dan akhirnya se per sekian detik kemudian, saya ingat bahwa saya sudah di rumah saya sendiri. Bukan lagi kamar kos, ataupun rumah orang tua saya. Saya di rumah saya sendiri. Namun ada yang aneh..saya tidak bisa buang air besar dengan nyaman di toilet saya sendiri. Padahal toilet itu saya rancang sedemikian rupa, agar membuat saya nyaman senyaman-nyamannya. Tapi tidak untuk pagi hari itu.
Saya mendapatkan sesuatu yang telah saya idam-idamkan dalam hidup saya, namun saya juga telah kehilangan sesuatu yang sangat saya cintai dalam hidup saya. Siapa yang tidak begitu? ketika anda mendapatkan apa yang telah anda inginkan, anda juga akan kehilangan sesuatu yang telah anda miliki sebelumnya. Saya tidak hanya kehilangan 'kenyamanan' menjadi anak kos yang tidak harus repot untuk membersihkan kamar apalagi memasak untuk makan pagi dan makan malam, namun juga kehilangan seseorang yang telah membuat saya nyaman menjadi diri saya sendiri, dalam waktu yang bersamaan. Termasuk kenyamanan di kamar mandi :)
Tempat tinggal yang jauh dari pusat kota, termasuk mall, bioskop dan tempat hiburan lainnya, lingkungan baru yang kebanyakan dari mereka sudah berumah tangga, serta berapa banyak waktu yang akan saya habiskan menuju tempat kerja yang baru. Semua membuat saya merasa tidak berada di 'comfort zone'. Saya merasa terancam dengan status single saya saat ini. Rumah baru saya memang tidak terlalu besar, namun ketika saya pergi tidur di malam hari dan bangun tidur di pagi hari, sendiri, rumah ini terasa begitu besar. Saya takut sekaligus merasa sedih.
Tempat tinggal yang jauh dari pusat kota, termasuk mall, bioskop dan tempat hiburan lainnya, lingkungan baru yang kebanyakan dari mereka sudah berumah tangga, serta berapa banyak waktu yang akan saya habiskan menuju tempat kerja yang baru. Semua membuat saya merasa tidak berada di 'comfort zone'. Saya merasa terancam dengan status single saya saat ini. Rumah baru saya memang tidak terlalu besar, namun ketika saya pergi tidur di malam hari dan bangun tidur di pagi hari, sendiri, rumah ini terasa begitu besar. Saya takut sekaligus merasa sedih.
Saya tidak dapat berbagi rasa di rumah ini dengan seorang partner maupun seorang sahabat. Lantas, sebelum pergi tidur tadi malam saya berpikir, untuk apa saya bersusah payah untuk mendapatkan semua ini, kalau pada akhirnya saya akan selalu sendiri? Saya tidak dapat menyuguhkan secangkir kopi atau teh untuk orang-orang di inner circle hidup saya, saya tidak bisa menawarkan kepada mereka untuk menginap satu malam di rumah saya, karena ketika saya memandang ke sekeliling saya, saya tidak menemukan siapapun. Saya telah kehilangan 'comfort zone' saya.
Ibu saya bilang, ini hanya sementara, tidak akan berlangsung lama. Namun saya lebih tahu diri saya sendiri, pribadi macam apa saya, maka saya hanya bisa diam ketika beliau berkata begitu. Saya bukan seorang yang mudah merasa nyaman di satu tempat, butuh waktu lama untuk bisa berkata 'Feels Like Home' atau di dalam masalah ini, 'Home Sweet Home'. Apakah saya berubah menjadi pribadi yang manja? yang ketika menemukan diri saya tidak lagi di kelilingi orang-orang yang siap membantu saya 24/7 ? Untuk bisa keluar dari kompleks perumahan menuju pusat kota yang saya tempati sekarang, butuh waktu sekitar 1,5 jam, kalau menggunakan angkutan umum. Dan saya memang belum memiliki kendaraan pribadi.
Dulu ketika masih sekolah, saya tidak pernah keberatan untuk berjalan kaki lebih jauh dan jauh lagi. Namun sekarang? jangan harap. Saya pasti akan mengeluh terus. Apakah saya mulai berubah menjadi pribadi yang lain, yang saya sendiri tidak nyaman menjadi pribadi tersebut? Mungkin saja..mudah-mudahan saya cepat sadar diri dan kembali menjadi diri sendiri. Hidup di masa lalu memang kelihatan lebih mudah dan menyenangkan, namun hidup di masa sekarang dan menjalani hidup di masa yang akan datang, akan terasa lebih menyenangkan ketika saya dapat menerima dan menjalani semuanya dengan penuh kesabaran, rasa ikhlas, bertanggung jawab dan tidak setengah- setengah dalam mengambil keputusan.
Ibu saya bilang, ini hanya sementara, tidak akan berlangsung lama. Namun saya lebih tahu diri saya sendiri, pribadi macam apa saya, maka saya hanya bisa diam ketika beliau berkata begitu. Saya bukan seorang yang mudah merasa nyaman di satu tempat, butuh waktu lama untuk bisa berkata 'Feels Like Home' atau di dalam masalah ini, 'Home Sweet Home'. Apakah saya berubah menjadi pribadi yang manja? yang ketika menemukan diri saya tidak lagi di kelilingi orang-orang yang siap membantu saya 24/7 ? Untuk bisa keluar dari kompleks perumahan menuju pusat kota yang saya tempati sekarang, butuh waktu sekitar 1,5 jam, kalau menggunakan angkutan umum. Dan saya memang belum memiliki kendaraan pribadi.
Dulu ketika masih sekolah, saya tidak pernah keberatan untuk berjalan kaki lebih jauh dan jauh lagi. Namun sekarang? jangan harap. Saya pasti akan mengeluh terus. Apakah saya mulai berubah menjadi pribadi yang lain, yang saya sendiri tidak nyaman menjadi pribadi tersebut? Mungkin saja..mudah-mudahan saya cepat sadar diri dan kembali menjadi diri sendiri. Hidup di masa lalu memang kelihatan lebih mudah dan menyenangkan, namun hidup di masa sekarang dan menjalani hidup di masa yang akan datang, akan terasa lebih menyenangkan ketika saya dapat menerima dan menjalani semuanya dengan penuh kesabaran, rasa ikhlas, bertanggung jawab dan tidak setengah- setengah dalam mengambil keputusan.
Saya harus kembali mengingatkan diri saya untuk lebih bersyukur dengan segala yang telah saya dapatkan selama ini, bukan hanya soal materiil semata, namun semuanya. Tuhan masih memberikan saya kesempatan untuk dapat menjalani hari ini, dan memberikan saya kepercayaan untuk menjaga semua yang telah Dia berikan kepada saya. Namun saya hanyalah manusia biasa, tidak dapat begitu saja dengan lapang dada dan penuh rasa syukur untuk menjalani dan menjaganya, termasuk pada saat ini. Saya (belum) dapat menikmatinya.
Comments
Post a Comment