Antara Tattoo - Ibu Tercinta - Pamer

Saya : "Bu..aku mau bikin tattoo" bicara dengan takut-takut

Ibu : "APA?!!" suaranya hampir mirip dengan aktris Leily Sagita

Saya : "Bikinnya di punggung kok..ga bakalan keliatan sama orang-orang.." setengah meratap

Ibu : "Coba kamu bayangin deh, nanti kalo kamu udah tua, anak kamu atau bahkan cucu kamu, mereka bakal ngomong apa soal kamu? atau orang lain yang ngeliat, mereka pasti bakalan
bilang ; 'pasti waktu mudanya nenek itu wanita nakal.' kamu siap sama semua itu?"

Saya : "Aku nggak pusingin soal omongan orang, terserah mereka mau bilang apa.."

Ibu : "Hei..kamu hidup bersosialisasi kan? kalaupun kamu bisa ngelakuin itu, nggak perduli
sama omongan orang lain, sampe kapan?"

Saya : *krik krik* bunyi jangkrik karena saya nggak bisa jawab

Ibu : menghela nafas, mungkin karena lagi masak sayur yang berisi pete "Kak..ibu nggak pernah marah pas kamu malas sholat, nyari alasan berlebihan karena ga mau ikutan puasa, kamu jarang pulang ke rumah dengan alasan kamu sibuk sama kerjaan kamu yang padahal kamu udah nggak kerja di tempat yang lama, atau hal apapun yang menurut ibu masih dalam tahap wajar..walaupun tetap aja nggak wajar.."

Saya : "Jadi ibu nggak akan kasih ijin?"

Ibu : "Nggak akan pernah kasih ijin sampe kapanpun." jawab ibu puas sambil mencicipi sayur buatannya yang hampir matang

Saya : "Yaelah bu..tattoo nya nggak bakalan gede kok..cuma dari ujung pundak sampe ujungnya lagi kok..janji nggak akan nambah lagi.." paksaku tak mau kalah

Ibu : "Dulu waktu kamu mau tindik, apa bahasa gaulnya?" tanya ibu cepat

Saya : "Piercing.." jawabku lemas "Tapi tindik ama piercing beda deh.."

Ibu : "Tetap aja maksudnya sama, bolongin bagian tubuh terus dikasih anting-anting!" potong ibu ketus "Dulu kamu juga bilangnya cuma di kuping, nggak bakalan nambah..tahunya satu muka kamu tindik! gimana nggak bikin ibu jantungan?!"

Saya : *nyengir mengingat masa-masa itu* "Yah itu khan piercing bu, bukan tattoo.."

Ibu : "Intinya sama..barangnya beda, kamu nya tetap pribadi yang sama, yang gampang kecanduan sama hal-hal yang cenderung menyakiti diri kamu sendiri. Ibu masih cuek jalan bareng kamu dengan semua tindikan yang ada di muka kamu waktu itu, tapi kalo tattoo?! apa kata orang??"

Saya : "Kenapa sih ibu selalu pusing sama pendapat dan omongan orang lain?nggak guna deh"

Ibu : "Karena kita hidup bersosialisasi kak.." ibu mulai malas adu argumen denganku, aku berdoa dalam hati semoga ibu mengabulkan keinginanku "Hidup bersosialisai dan berteman itu nggak gampang loh, nggak usah ibu kasih tahu, karena kamu punya lebih banyak teman dibandingkan ibu, lagian kayaknya kamu lebih betah tinggal diluar dibandingkan di rumah.."

Saya : "Yeee..nyindir dehh.."

Ibu : "Kalo kenyataannya nggak gitu, kenapa kamu lebih nyaman diluar sana? well..nggak usah ngomongin soal itu dulu, sekarang kita lagi bahas soal kecanduan kamu sama hal-hal yang cenderung menyakiti diri sendiri. Tattoo itu memang seni dan bagus banget kalo dibikin diatas tubuh yang putih bersih, nah..kamu itu kan item kak.." ibu tertawa

Saya : "Nggak usah ngeledek..!"

Ibu : "Iya iya maaf, maksud ibu kamu udah tau kan, kalo di agama kita tattoo itu hukumnya haram, karena bisa menghalangi penyerapan air ke dalam tubuh kita, pada saat wudhu. Bukannya ibu mau sok pintar soal agama, tapi kita berdua tahu kamu itu nggak paham-paham banget soal agama.." ibu tertawa lagi

Saya : *cemberut mengiyakan menerima kenyataan*

Ibu : "Kerugian lainnya adalah, kamu bakalan ngeluarin uang banyak untuk menghapus tattoo yang udah terlanjur ada di tubuh kamu..gitu loh kak maksud ibu..ngerti ga?"

Saya : *bengong berusaha menyerap semua kata-kata ibu*



To Be Continue...

Comments

Popular Posts