Skip to main content

Posts

Featured

Ode untuk yang Gugur dan Terluka

  Dari gas air mata Jakarta hingga api di Makassar, negeri ini bergetar, menanggung luka yang besar. Suara rakyat bangkit, meski tanpa nama, jerit mereka tetap nyata. Agustus memanggul duka di punggungnya yang rapuh, mimpi diinjak, kebenaran dikubur kelam dan lusuh. Affan Kurniawan, dua puluh satu tahun, pengemudi harapan, kini jadi korban. Umar Amarudin berjuang, luka masih membekas di tubuhnya, sementara kuasa berpesta di gedung dingin. Empat nyawa terkunci dalam kobaran api, Makassar menangis, seluruh negeri ikut merintih. Namun dari abu dan air mata rakyat berdiri, Indonesia akan bangkit, kebenaran takkan mati. Dengarlah, tikus-tikus busuk yang sedang sibuk bersembunyi: kami tidak akan diam. Darah ada di tanganmu, kebenaran akan hidup lebih lama darimu. --- Ode to the Fallen and the Wounded  From Jakarta’s tear gas to Makassar’s flames, the nation trembles, bearing wounds too great. Voices rise, nameless but unbroken, every cry is still real. August carries sorrow on its f...

Latest Posts

Javanese Cosmology Was Just Life Inside My Grandparents’ House

War Rooms and Quiet Truths

Run To You, But To Me