Emotional Roller Coaster Ride
August 26, 2020
2 minggu terakhir gue lagi sering banget ngomong begini ke beberapa teman dekat gue : "It's okay, everyone has their own emotional roller coaster ride during this hard times. Give yourself a break for a while, this isn't easy for all of us."
Kalimat itu gue sampaikan bukan hanya sekadar untuk menenangkan mereka atau diri gue sendiri, tapi ya memang begitu keadaannya. Kita sudah terlalu terlambat kalau mau being in a constant denial terhadap apa yang terjadi sejak Maret hingga menjelang akhir Agustus ini.
Kalimat itu gue sampaikan bukan hanya sekadar untuk menenangkan mereka atau diri gue sendiri, tapi ya memang begitu keadaannya. Kita sudah terlalu terlambat kalau mau being in a constant denial terhadap apa yang terjadi sejak Maret hingga menjelang akhir Agustus ini.
Pas baca ini di feed Instagramnya Pandemictalks, rasanya nggak keruan. Demi Tuhan, bawaannya mau nonjok orang.
Super-Spreader di Kedai Kopi di Korea Selatan
Setelah itu terpapar lagi nih sama berita soal seorang perempuan yang ngopi di Starbucks KorSel, duduk lama di ruangan ber-AC lalu setelah itu terkonfirmasi ada 50 orang yang positif COVID-19 karena mereka nggak pakai masker dan ventilasi udara yang nggak baik selama mereka berada di ruangan tersebut.
Pandemictalks bikin study case-nya secara menyeluruh di sini. Kebayang nggak sih kalau kita menjadi salah satu orang yang kena?
Basuh Muka Dengan Air Liur Jenazah Positif COVID-19
Iya, elo nggak salah baca. Persis kayak gitu. Berita lengkapnya ada di sini, dan semalam gue bereaksi dengan quote tweet-nya Nuice Media kayak gini. Sorry not sorry for my french. Ya saking sudah nggak tahu lagi harus bereaksi kayak gimana pas melihat orang-orang ignorant macam begini.
Coping Mechanism Tiap Orang Kan Beda, Ga...
Gue sempat berpikir, oh mungkin begini ini ya coping mechanism masing-masing orang di tengah Pandemi.
Ada yang berusaha setengah mati bikin usaha sendiri sembari menjalani hari tanpa punya pekerjaan dan penghasilan tetap lagi, ada yang berusaha memberikan kontribusi sebaik-baiknya ke perusahaan tempat mereka bekerja karena bersyukur nggak kena layoff atau perusahaan nggak bangkrut, nggak sedikit juga para pekerja kreatif yang mulai bikin banyak karya baru atau "ngamen digital" untuk menghibur kita semua dan ramai-ramai kita patungan untuk mereka. Simbiosis mutualisme.
Still Long Way to Go
Gue berusaha mengingatkan diri gue dan orang-orang terdekat gue, kalau perjalanan untuk bisa melewati (dan mungkin untuk mengalahkan Pandemi) ini masih panjang. Nggak bosan-bosan gue setiap hari mengingatkan ini, dengan narasi dan approach yang berbeda-beda, karena kemampuan untuk menerima segala informasi tiap orang juga berbeda-beda. Tapi seharusnya TUJUAN AKHIR kita sama, yaitu BERTAHAN HIDUP.
Itu kenapa, gue mengerti sekali, kalau masih ada banyak orang di luar sana yang nggak memiliki privilege yang sama dengan gue. Bisa bekerja dari rumah, masih memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap, bisa jajan dagangan teman-teman gue secara bergiiliran, dsb. Apa yang bisa kita bantu untuk bisa saling menguatkan satu sama lain, yuk lakukan bareng-bareng.
Itu kenapa, gue mengerti sekali, kalau masih ada banyak orang di luar sana yang nggak memiliki privilege yang sama dengan gue. Bisa bekerja dari rumah, masih memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap, bisa jajan dagangan teman-teman gue secara bergiiliran, dsb. Apa yang bisa kita bantu untuk bisa saling menguatkan satu sama lain, yuk lakukan bareng-bareng.
Cara yang paling mudah :
- PAKAI MASKER KALAU KELUAR RUMAH
- JAGA JARAK MINIMAL 2 METER
- SEGERA BERSIH-BERSIH SETELAH SAMPAI DI RUMAH
- JANGAN BEPERGIAN KALAU NGGAK PENTING-PENTING BANGET
- KALAU LAGI NGGAK ENAK BADAN, JANGAN KELUAR RUMAH
Capek loh begini terus, ya nggak sih? Sebelum ada Pandemi segala ketidakpastian di dalam keseharian kita itu rasanya nggak pernah seberat ini. Lalu... BOOM! Tuhan kasih kita si COVID-19 keparat ini bukan tanpa alasan sih kalau menurut gue. Walau gue bukan orang relijius-relijius banget, tapi gue percaya Tuhan itu ada. Dan Agama itu dogma, nggak lain cuma sebagai kendaraan saja buat kita sampai di tujuan akhir kita nanti. Nggak tahu Surga, nggak tahu Neraka, gue sih nggak peduli.
Berasa nggak emotional roller coaster ride-nya sampai di paragraf terakhir ini? Gue sih berasa banget, mual cuk. Tegang dari ujung rambut sampai ujung kaki. Capek asli.
South Jakarta, 26th August 2020
"Breathe You In" - Trophy Eyes
0 comments