SIARAN PERS - #AMIGDALAPMM
April 20, 2020
Amigdala: Perjalanan Merepresi Memori
Untuk Bangkit dan Menjadi Penyintas
Jakarta, 20 April 2020 - Mega Arnidya atau biasa dikenal sebagai Ega Mpokgaga ataupun Mpokgaga adalah seorang penyintas kekerasan dalam rumah tangga sekaligus pelaku skena underground di Jakarta. Awal tahun ini ia berhasil merampungkan buku pertamanya yang berjudul Amigdala: Perjalanan Merepresi Memori. Buku ini merupakan bagian pertama dari trilogi semesta Amigdala yang bercerita tentang perjalanan hidup seorang penyintas KDRT dengan karakter utama bernama Ishtar Mahesa Sumoprawiro.
Berdasarkan pengamatan pribadinya selama tiga tahun terakhir, Mpokgaga merasakan fenomena absurd yang terjadi di media sosial. Ia melihat bagaimana glorifikasi dan pemujaan mental illness digaungkan secara berlebihan dan mulai mengkhawatirkan. Banyak pengguna yang dapat mengakses ke berbagai macam platform digital --terutama media sosial-- "menampilkan etalase" self-diagnose yang mereka simpulkan hanya berdasarkan satu atau dua kali membaca hasil pencarian di Google, tanpa benar-benar memeriksakan diri lebih lanjut dan secara berkala ke profesional.
Ia menyadari bahwa tidak semua orang memiliki privilege dapat mengakses bantuan ke profesional ataupun sekadar menceritakan masalah yang sedang mereka hadapi di kesehariannya. Walaupun Negara sudah hadir dan membantu dalam penyediaan tenaga Psikolog dan Psikiater profesional di beberapa Puskesmas maupun Rumah Sakit Umum Daerah, khusus untuk menangani kesehatan mental warganya, namun stigma dan stereotip sudah sedemikian lekat menempel di kepala banyak orang. Stigma bahwa mereka yang membutuhkan bantuan kesehatan mental secara otomatis dianggap sebagai orang dengan gangguan kejiwaan dan sebaiknya dihindari.
Kegelisahan inilah yang membuat Mpokgaga mulai berdiskusi panjang dengan beberapa main support system-nya. Ia juga bertukar pikiran dengan beberapa tokoh dari komunitas pekerja maupun dari komunitas-komunitas yang berkaitan dengan isu-isu perempuan. Hal ini dilakukan untuk bertukar ide serta gagasan, langkah baik seperti apa yang ia --secara individu-- bisa lakukan untuk setidaknya menceritakan pengalaman pribadinya dengan cara yang tidak menggurui sekaligus mengedukasi orang-orang yang memang sebetulnya membutuhkan bantuan terhadap kondisi mental mereka.
Trilogi semesta Amigdala ingin hadir sebagai seorang teman yang bercerita. Amigdala ingin bercerita ke khalayak luas bahwa kita sebagai manusia memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk bisa kembali bangkit dari keterpurukan. Bagaimana kita bisa mengontrol betapa "berisiknya" isi kepala kita, bagaimana kita bisa merepresi bagian-bagian tertentu di dalam amigdala kita agar tetap bisa berdaya seutuhnya. Dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita bisa terus mencintai diri kita sendiri tanpa syarat, tanpa jangka waktu.
Amigdala: Perjalanan Merepresi Memori; Hidup adalah soal menjadi siap terhadap perubahan. Kita boleh bermimpi dan berencana, namun harus tetap siap dengan segala kemungkinan.
Sudah tersedia di Google Play Books, tautan bisa diakses di sini.
***
Tentang Ega Mpokgaga
Seorang perempuan berzodiak Aries, anak perempuan paling tua dari 9 bersaudara (baik yang kandung maupun yang sambung), pekerja purna waktu di sebuah fintech startup, pelaku skena underground di Jakarta, pernah menjadi Business Manager dari band Metal legendaris - ROXX, dan pemilik alis sempurna se-Jakarta Selatan (yang ini self-proclaimed).
Terlalu sering nge-tweet dengan akun @mpokgaga dan tidak memiliki feed Instagram yang bagus dengan nama akun yang sama pula.
Semua pertanyaan bisa dikirimkan ke :
0 comments